Jembatan Kerch, Simbol Kebencian yang Bisa Jadi Kunci Kekalahan Rusia di Ukraina
TRIBUNNEWS.COM - Dalam perang, kekuatan pasukan dan persenjataan boleh jadi satu hal yang menentukan kemenangan.
Tapi yang tak kalah penting adalah bagaimana jalur logistik bisa diamankan.
Dalam perang Rusia-Ukraina, Jembatan Kerch atau yang lebih dikenal sebagai Jembatam Krimea, menghubungkan daratan Rusia dengan Semenanjung Krimea, adalah faktor kunci dari sukses tidaknya invasi Rusia ke tanah Ukraina.
Baca juga: Amerika Serikat Sebut Menhan Rusia Mau Borong Senjata Perang Saat ke Korea Utara
Jembatan ini berulang kali mengalami kerusakan, lebih sering karena ledakan.
Jembatan ini diibangun oleh Rusia pada 2014 dan selesai pada 2018.
Pembangungan Jembaran Kerch dimulai segera setelah Moskow mencaplok semenanjung Krimea secara de-facto dari Ukraina pada 2014 silam.
Serangan terakhir yang menerpa jembatan ini terjadi sepekan sebelum Ukraina melancarkan serangan balik terhadap kantung-kantung wilayah pendudukan Rusia, tepatnya pada 17 Juli 2023 lalu.
"Dua kendaraan bawah air tak berawak Ukraina melakukan serangan di Jembatan Krimea," tulis laporan Badan Keamanan Rusia sebagaimana dilanisr The Guardian saat itu.
Pada Oktober tahun lalu, jembatan tersebut juga dihantam ledakan lebih hebat, berasal dari sebuah truk pengangkut bom yang meledak di atas jembatan hingga membuat jalanan jembatan berjatuhan ke air.
Rusia jelas menuding Ukraina di balik aksi ini, tapi Kyiv membantah.
Pun, BBC mengulas, serangan balasan Kyiv yang bertujuan untuk memberikan pukulan bagi pasukan Rusia yang menduduki Ukraina selatan bergantung pada aksesibilitas, jembatan itu.
Lumpuhnya jembatan Kriech bisa menjadi kunci dari terhalangnya pasokan logistik ke tentara Rusia, meninggalkan mereka dengan kondisi sulit buat melawan saat Ukraina bergerak.
Tidak banyak cara bagi Moskow untuk memperkuat pasukannya di Krimea dan wilayah selatan Kherson.