TRIBUNNEWS.COM - Jumlah korban bom bunuh diri di Pakistan bertambah menjadi 54 orang, yang sebelumnya 44 orang pada Minggu (30/7/2023).
Sejumlah 23 korban jiwa di antaranya berusia di bawah 18 tahun.
Ledakan bom bunuh diri itu terjadi saat pertemuan partai politik, Jamiat Ulema-e-Islam (JUI-F) di Khyber Pakhtunkhwa, Pakistan, Minggu (30/7/2023) sore.
Kelompok Negara Islam Khorasan (ISIS-K) mengaku sebagai dalang pemboman itu.
"Seorang penyerang bunuh diri dari ISIS meledakkan jaket peledaknya di tengah kerumunan," kata kantor berita ISIS, Amaq, yang menerbitkan seorang fotografer pelaku bom bunuh diri pada Senin (31/7/2023), dikutip dari The Guardian.
Partai JUI merupakan bagian dari koalisi pemerintah Pakistan saat ini dan dikenal dekat dengan Taliban di Afghanistan.
Baca juga: Ledakan Bom Bunuh Diri di Pakistan, 44 Orang Tewas dan 200 Lainnya Terluka
Pemimpin partai JUI-F, Maulana Ziaullah Jan, tewas dalam serangan itu.
Rumah sakit terdekat tidak dapat menangani skala sekitar 200 orang yang terluka.
Sehingga, puluhan orang harus dibawa dengan helikopter ke provinsi lain untuk perawatan.
Diperkirakan, lebih dari 500 orang berada di dalam tenda di kota Khar ketika pelaku meledakkan rompinya di dekat panggung tempat pemimpin JUI akan berbicara.
Baca juga: Bom Bunuh Diri pada Pertemuan Parpol Islam di Pakistan Tewaskan 44 Orang
Pihak berwenang Pakistan awalnya mencurigai kelompok Taliban Pakistan (TPP), yang berada di balik dua pemboman di ibu kota provinsi Peshawar pada awal tahun 2023.
Sejumlah 74 orang tewas dalam ledakan di sebuah masjid pada Januari 2023.
Pada Februari 2023, 100 polisi tewas akibat pemboman TPP di sebuah masjid.
ISIS-K sebelumnya melakukan aksi yang sama pada Agustus 2021 di bandara Kabul, Afghanistan, yang menewaskan 13 personel militer AS dan puluhan warga sipil selama penarikan AS dari sana.
Kesaksian Korban Terluka
Baca juga: Bom Bonuh Diri Saat Pertemuan Partai Politik di Pakistan Tewaskan 44 Orang, ISIS Jadi Tersangkanya
Seorang saksi mengatakan, situasi menjadi tegang setelah banyak orang-orang yang meninggal akibat ledakan.
"Tenda itu roboh di satu sisi, menjebak orang-orang yang mati-matian berusaha untuk melarikan diri," kata Abdullah Khan, saksi mata yang berusah mengevakuasi korban.
Sementara itu, korban terluka bernama Sabeeh Ullah (24) yang lengannya patah akibat ledakan itu, mengatakan cederanya sangat mengerikan.
"Saya menemukan diri saya terbaring di samping seseorang yang kehilangan anggota tubuhnya. Udara dipenuhi dengan bau daging manusia," katanya kepada AFP.
Orang-orang yang tiba untuk membantu mengevakuasi korban mengatakan, mereka melihat pemandangan yang mengerikan.
"Saat tiba di lokasi, saya dihadapkan dengan pemandangan yang menghancurkan," kata warga Khar Fazal Aman (29) kepada AFP, Senin (31/7/2023).
"Mayat tak bernyawa berserakan di tanah sementara orang-orang berteriak minta tolong," tambahnya.
Gulistan Khan (40), seorang petani berusia yang dirawat di rumah sakit terdekat, mengatakan dia berada di baris ketiga ketika bom meledak saat para pemimpin JUI-F setempat tiba di tengah kerumunan sambil meneriakkan slogan.
"Saya terlempar ke belakang seolah terangkat dari tanah," katanya, dikutip dari NDTV.
"Ledakannya sangat kuat. Api yang keluar sangat tinggi sehingga saya tidak bisa melihat apapun," tambahnya.
Lokasi pertemuan JUI-F setelah ledakan itu menjadi porak-poranda.
Sisa-sisa manusia berada di dekat pusat ledakan.
Tidak jauh dari lokasi, terdapat puluhan sandal, topi, dan syal hitam-putih JUI-F.
Pemakaman pertama untuk para korban jiwa berlangsung pada Senin (31/7/2023).
(Tribunnews.com/Yunita Rahmayanti)
Berita lain terkait Pakistan