TRIBUNNEWS.COM - Paul Alexander, pria yang hidup menggunakan paru-paru besi selama lebih dari 71 tahun, saat ini juga bernapas dengan pernapasan katak untuk beraktivitas di luar alat itu.
Paul Alexander selama ini membutuhkan paru-paru besi untuk bernapas karena penyakit Polio yang dideritanya sejak 6 tahun, yang mengganggu pernapasannya.
Meski ia masih membutuhkan paru-paru besi untuk bernapas saat tidur, Paul Alexander berhasil hidup lebih baik dengan menggunakan pernapasan katak.
Pernapasan katak adalah pernapasan glossopharyngeal yang melibatkan "menelan" udara, hampir seperti bernapas.
Terapis fisik Paul Alexander, Nyonya Sullivan, membantunya mengembangkan teknik pernapasan pada tahun 2020.
Nyonya Sullivan berjanji akan memberinya anak anjing jika bisa bernapas tanpa paru-paru besinya selama tiga menit.
Baca juga: 5 Faktor Penyebab Polio Tak Sepenuhnya Hilang di Indonesia
Paul Alexander membutuhkan waktu setahun untuk melakukannya, seperti diberitakan Mirror UK.
Setelah ia bisa bernapas tanpa bantuan untuk waktu yang lama, dia bisa melangkah keluar dari paru-paru besi.
Paul Alexander pertama-tama menjelajah ke beranda dan kemudian ke halaman rumahnya.
Namun, Paul masih membutuhkan paru-paru besinya untuk tidur karena ia tidak bisa melakukan pernapasan katak saat dirinya dalam keadaan tidak sadar.
Paul Alexander Hidup di Paru-paru Besi setelah Terkena Polio
Baca juga: Simak Cara Pencegahan Penyakit Polio
Pada tahun 1952, Amerika Serikat (AS) mengalami epidemi polio yang luas.
Paul Alexander, yang merupakan warga Texas, adalah salah satu anak yang terkena Polio.
Ia berusia 6 tahun saat mulai menggunakan paru-paru besi untuk pasien Polio untuk mengobati pernapasan yang terganggu.