Laporan Wartawan Tribunnews.com, Larasati Dyah Utami
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Kementerian Luar Negeri Indonesia (Kemenlu RI) memastikan tidak ada warga negara Indonesia (WNI) yang terdampak pascakudeta yang dilakukan milisi Islam di Niger.
Kudeta mlilter menimpa Presiden Mohamed Bazoum yang dikenal sebagai sekutu dekat barat dan Prancis.
Direktur Pelindungan WNI Kemenlu Judha Nugraha melaporkan pasca upaya kudeta militer yang dilakukan militer di Niger pada tanggal 26 Juli lalu.
Menurut dia kondisi di Niamey, ibu kota Niger, terpantau aman.
Tidak ada perwakilan RI yang ada di Niger sehingga akreditasi dicover oleh KBRI yang ada di Abuja, Nigeria.
"Kita memiliki Konsul Kehormatan RI yang ada di Niamey," kata Judha saat ditemui di kantor Kemenlu, Rabu (2/8/2023).
Baca juga: Kudeta Niger: Prancis Siapkan Evakuasi, Burkina Faso dan Mali Dukung Penguasa Militer
Berdasarkan informasi KBRI Abuja dan Konsul Kehormatan RI di Niamey, ada satu WNI yang tercatat tinggal di Niamey.
Namun saat ini WNI tersebut tercatat sedang cuti di Indonesia.
"Jadi kondisinya aman," kata Judha.
Direktur Kemlu melanjutkan ada 3 WNI yang bekerja di kota Tahoua di Niger dan sudah dihubungi oleh KBRI dan terkonfirmasi kondisi WNI tersebut keadaan aman.
Kudeta di Niger terjadi karena masyarakat yang muak terhadap kepemimpinan Bazoum yang terus mengizinkan Barat mengeksploitasi kekayaan Niger.
Sebagai negara penghasil uranium terbesar ketujuh di dunia, Niger mengekspor mayoritas sumber daya alam itu ke Prancis.
Bahkan Niger mengizinkan Prancis mendirikan pangkalan militer di negaranya.
Pada Senin (31/7/2023) kemarin, ribuan orang di Zinder turun ke jalan sambil menyerukan dukungan terhadap Rusia.
Bukan hanya di Zinder, dukungan terhadap Rusia juga terlihat jelas di ibu kota Niger, Niamey.
Sebab Rusia dinilai dapat membantu mereka melawan Barat.