Dua Perwira Rusia Tewas, Puluhan Tentara Dilarikan ke RS Seusai Diracun Massal di Makanan Bersianida
TRIBUNNEWS.COM - Dua perwira Rusia tewas dan 15 prajurit lainnya dirawat di rumah sakit dalam peristiwa keracunan massal yang terjadi saat perayaan militer di kota Mariupol, Ukraina.
Kota itu diketahui menjadi satu di antara kota administratif Ukraina yang saat ini masih diduduki tentara Rusia.
Laporan Newsweek, mengutip keterangan seorang pejabat Ukraina, menyebut ada dugaan para tentara Rusia itu diracun.
Petro Andriushchenko, penasihat walikota Ukraina Mariupol, yang kini diasingkan, melaporkan dugaan peracunan tersebut dalam sebuah unggahan di Telegram, Kamis (3/8/2023).
Baca juga: Video Detik-Detik Drone Laut Kamikaze Angkut 450 Kg Peledak Hantam Kapal Perang Rusia di Laut Hitam
Menurut Andriushchenko, peracunan dilakukan oleh partisan Ukraina saat pasukan Kremlin merayakan Hari Angkatan Laut Minggu lalu.
Hari Angkatan Laut adalah hari libur nasional populer di Rusia unutk menghormati jasa-jasa para angkatan laut negara.
Acara biasanya diadakan di kota-kota pelabuhan di seluruh Rusia.
Presiden Rusia Vladimir Putin juga menghadiri parade besar kapal perang dan kapal selam Hari Angkatan Laut di St. Petersburg pada hari itu.
"Selama perayaan ... di salah satu fasilitas militer, petugas diracun secara massal," tulis Andriushchenko, menurut terjemahan dari Kyiv Post.
Andriushchenko mengatakan pihak berwenang utusan Kremlin di Mariupol meyakini zat sianida dan pestisida dimasukkan ke dalam makanan pada perayaan Hari Angkatan Laut tersebut.
Akibatnya, kata Andriushchenko, 17 prajurit Rusia dirawat di rumah sakit dan kini berada dalam kondisi kritis.
Dia menambahkan dua pria, yang dia identifikasi sebagai "perwira", kemudian meninggal.
"Orang-orang kami berkata sambil tersenyum, 'tikus selalu membutuhkan racun.' Hari dimulai dengan kabar baik. Sabotase adalah kata yang bagus, tidakkah Anda setuju?" tulis Andriushchenko, menurut Kyiv Post.
Andriushchenko menambahkan, peracunan diyakini dilakukan oleh Grup Y, kelompok perlawanan pro-Ukraina di Mariupol.
Jadi Mata-Mata
Kelompok-kelompok perlawanan dilaporkan memang bermunculan dan secara aktif terlibat dalam perang sejak Rusia menginvansi Ukraina pada Februari 2022.
Kelompok perlawanan seperti itu makin menarik banyak perhatian pada Mei ketika kelompok partisan mengaku bertanggung jawab atas serangan terhadap sasaran militer di dalam Rusia di wilayah perbatasan seperti Belgorod.
Baru-baru ini, Kyiv Post menulis bahwa anggota perlawanan bawah tanah kemungkinan bertanggung jawab atas aksi pemberian informasi ke pasukan Ukraina tentang lokasi kamp pelatihan Rusia di sebuah pantai di pulau Dzharylhach Kherson di Laut Hitam.
Hal yang terjadi berikutnya, Ukraina menyerang kamp-kamp Rusia di pantai itu dengan misil HIMARS.
Video serangan itu tersebar di media sosial.
Pada hari Senin (31/8/2023), media Ukraina melaporkan sekitar 200 tentara Rusia tewas dalam serangan di Dzharylhach.
Newsweek menyatakan disklaimer, belum dapat memverifikasi jumlah korban tersebut secara independen. (*/)