TRIBUNNEWS.COM - Kepala Dewan Keamanan dan Pertahanan Ukraina, Aleksey Danilov, menepis anggapan Rusia soal serangan balasan Ukraina yang disebut gagal.
Ia mengatakan tidak ada jadwal untuk serangan balasan.
Komentar ini menyusul berita media Barat yang menyebut negara-negara Barat frustasi dengan kegagalan Ukraina untuk memperoleh kemajuan dalam perang.
"Tidak seorang pun kecuali kami dapat memaksakan tenggat waktu dan tidak ada jadwal untuk serangan balasan yang diklaim Moskow tidak berhasil," kata Aleksey Danilov di saluran TV nasional, Kamis (3/8/2023), seperti diberitakan RT.
Ia juga mengecam orang-orang yang mengangkat "kegagalan serangan balasan Ukraina" sejak awal.
"Mereka tidak mengerti apa arti perang," katanya.
Menurut Aleksey Danilov, dia tidak pernah menggunakan kata "serangan balik" untuk menggambarkan pertempuran intensif yang berlangsung di Ukraina.
Baca juga: Klaim Dapat Tambahan 230 Ribu Pasukan, Eks-Presiden Rusia Sesumbar Ancam Ukraina Pakai Nuklir
"Ada aksi militer, kompleks, sulit, (dan) bergantung pada banyak faktor,” jelasnya.
Aleksey Danilov mengatakan pasukan Ukraina telah mengadopsi sistem NATO.
Menurut Aleksey Danilov, artinya terserah kepada komandan lokal untuk memilih taktik tertentu untuk mencapai tujuan yang lebih besar.
Di sisi lain, Aleksey Danilov mengakui pasukan Rusia telah menyiapkan pertahanan yang tangguh untuk menghadapi serangan itu.
"Jumlah ranjau yang militer kita harus atasi benar-benar gila," kata Aleksey Danilov.
Ukraina awalnya percaya peralatan Barat akan membantu kemajuan pasukannya dalam menghadapi pertahanan Rusia.
Namun, di sebagian besar daerah kemajuan hanya dapat dicapai dengan berjalan kaki.
Serangan Balasan Ukraina Berjalan Lamban
Baca juga: Gudang-Gudang Militer Dibombardir, Rusia Kekurangan Amunisi, Ukraina: Pasukan Musuh Kelelahan
Kelambanan kemajuan dalam serangan balasan Ukraina sering disebut sebagai kegagalan, meski belum dapat dikatakan demikian.
Laporan CNN Internasional dan Finansial Times pada akhir Juni 2023, mengatakan sekutu Ukraina di Barat kecewa dengan kemajuan yang lamban di medan perang.
Financial Times mengatakan, dukungan militer Barat selanjutnya akan bergantung pada hasil serangan balasan Ukraina.
"Jika pendukung Ukraina mengharapkan terobosan, mereka sangat kecewa," lapor Politico.
Sementara itu, Ukraina menyalahkan lambannya pasokan senjata yang dipasok Barat ke Ukraina.
Penundaan pengiriman dan jauhnya lokasi pelatihan tentara Ukraina dianggap sebagai faktor lambannya kemajuan Ukraina dalam serangan balasannya.
Analisis: Ukraina Tinggalkan Taktik Barat
Baca juga: Ada 81 Miliarder di Balik Mesin Perang Rusia: Tank Amfibi BMD-4 Hingga Senapan Serbu AK-100
Ukraina dilaporkan mulai meninggalkan taktik Barat dalam serangan balasan karena dianggap tidak efektif menghadapi Rusia.
Ukraina sebelumnya berharap untuk menembus posisi Rusia dengan serangan balasan.
Analisis The New York Times melaporkan, unit Ukraina membatalkan rencana untuk menyerang posisi Rusia secara langsung menggunakan taktik Barat yang rumit.
Ukraina justru melemahkan musuh dengan rentetan artileri dan rudal.
Sekutu Barat percaya, perang akan berlarut-larut dan menguras persediaan amunisi Ukraina.
Namun, Ukraina kembali ke metode yang lebih baik setelah pasukannya menerima beberapa minggu pelatihan.
Beberapa peralatan Barat juga terbukti tidak efektif, termasuk tank tempur dan kendaraan tempur infanteri, yang tidak bisa melewati ladang ranjau Rusia.
Analisis percaya, Rusia ingin perang berkepanjangan untuk melemahkan perlawanan Ukraina dan dukungan internasional.
(Tribunnews.com/Yunita Rahmayanti)