News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Konflik Rusia Vs Ukraina

Klaim Dapat Tambahan 230 Ribu Pasukan, Eks-Presiden Rusia Sesumbar Ancam Ukraina Pakai Nuklir

Penulis: Hasiolan Eko P Gultom
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Presiden Rusia Vladimir Putin dan Perdana Menteri Dmitry Medvedev bertemu dengan anggota pemerintah di Moskow pada 15 Januari 2020. Pemerintah Rusia mengundurkan diri pada hari Rabu setelah Presiden Vladimir Putin mengusulkan serangkaian reformasi konstitusi, lapor kantor berita Rusia. Dmitry Medvedev kini menjabat sebagai Wakil Dewan Keamanan Rusia.

Penggunaan senjata nuklir, kata Medvedev, sudah menjadi aturan baku bilamana Rusia berada dalam terjepit dan keberadaan mereka terancam.

"Bayangkan jika serangan musuh (Ukraina) bersama NATO sukses dan berakhir dengan mengambil alih tanah kita. Maka kami harus menggunakan senjata nuklir berdasarkan ketentuan Keputusan Presiden Rusia," ucap Medvedev.

Koar-koar Medvedev soal penggunaan senjata nuklir oleh Rusia bukan hanya kali ini dia lontarkan.

Januari silam, Medvedev juga menyinggung soal perang nuklir jika pihak Moskow mengalami kekalahan perang dari Ukraina.

"Kekalahan dalam perang konvensional dapat memicu pecahnya perang nuklir. Kekuatan nuklir tidak pernah kalah dalam konflik besar di mana nasib mereka bergantung," ucap Medvedev dilansir Al Jazeera.

Ujaran soal terjadinya perang nuklir juga dia serukan terkait potensi hukuman yang diterima Rusia dari Pengadilan Kriminal Internasional (ICC) atas dugaan kejahatan perang dan kejahatan kemanusiaan di Ukraina.

"Gagasan untuk menghukum sebuah negara yang memiliki persenjataan nuklir terbesar tidak masuk akal," tulis dia di Telegram pada Juli 2022, seperti dikutip The Moskow Times.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini