Hanya, pihak Rusia justru tidak diundang dalam pembicaraan damai tersebut.
Adapun komentar Markov itu diunggah ke Twitter, pada Sabtu (5/8/2023) oleh jurnalis Julia Davis, yang secara rutin meliput di TV pemerintah Rusia.
Markov menambahkan, AS dan Ukraina bersiasat memulai negosiasi perdamaian pada musim gugur.
Tujuannya untuk menghentikan pertempuran selama musim dingin sebelum melatih tentara Ukraina untuk melancarkan serangan lain pada April 2025.
Dia juga mengklaim AS dan Ukraina berencana untuk menggunakan "pemrograman neuro-linguistik" dan studi psikologis lainnya untuk mengubah anggota militer Ukraina menjadi gay.
Belum bukti mengenai hal ini, juga belum ada bukti adanya teknologi yang mampu mengubah orientasi seksual seseorang.
"Mereka memiliki fasisme ilmu politik artifisial yang diciptakan oleh teknologi politik Amerika dan Inggris. Mereka akan mengubah mereka menjadi zombie, menjadi anggota kultus. Saya pikir mereka akan memaksa beberapa orang untuk menjadi homoseksual," kata Markov.
Sebagai informasi banyak sejarawan menyatakan kalau hubungan sesama jenis ditoleransi dalam masyarakat Yunani kuno, termasuk di dalam militer Sparta.
Pasukan Sparta telah lama dipandang sebagai salah satu pasukan paling kuat di zaman itu.
"Ahli teori dan sejarawan militer tahu tentara mana di Yunani yang terkuat, ingat? Spartan! Mereka dipersatukan oleh persaudaraan homoseksual. Mereka semua homo. Ini adalah politik kepemimpinan mereka. Saya pikir mereka merencanakan hal yang sama untuk kekuatan Angkatan Bersenjata Ukraina," kata Markov.
"Pasukan Angkatan Bersenjata Ukraina yang diperbarui ini, menjadi zombie dan bersatu melalui seks gay, bersama dengan anggota sekte yang siap mengorbankan diri. Inilah yang mereka persiapkan untuk kita di musim semi 2025," katanya dilansirĀ Newsweek.
Rusia Perangi LGBTQ+
Rusia diketahui menjadi negara yag paling anti terhadap komunitas LGBTQ+.
Satu di antara cara adalah lewat aturan undang-undang yang diterapkan oleh Duma Negara (lembaga legislatif Majelis Rendah Parlemen Rusia) yang melarang kampanye dan promosi hak untuk pasangan sesama jenis atau individu transgender.
Newsweek melansir, ada laporan kalau pihak berwenang di wilayah Chechnya, Rusia telah menganiaya orang-orang LGBTQ+ secara kejam selama bertahun-tahun.
Duma Negara sebelumnya telah menetapkan aturan melarang propaganda LGBTQ+.
Seorang komandan Rusia bahkan menyatakan invasi ke Ukraina sebagai perang suci melawan komunitas LGBTQ+.
Equaldex, situs web yang memantau hak LGBTQ+ di seluruh dunia, dan indeks hak LGBTQ+ miliknya menempatkan Rusia sebagai negara terburuk ke-23 untuk ditinggali komunitas LGBTQ+.
(oln/AlJz/NW/*)