Masa pandemi kala itu berkontribusi pada kemerosotan ekonomi yang parah di Ekuador.
Para ahli mengatakan kurangnya kesempatan kerja telah menciptakan rekrutan potensial untuk kelompok kriminal.
7. Ketidakstabilan Ekuador
Direktur Divisi Amerika untuk Human Rights Watch (HRW) Juanita Goebertus mengaitkan pembunuhan calon presiden Ekuador Fernando Villavicencio dengan ketidakstabilan yang sedang berlangsung di negara itu.
"Ini adalah tragedi yang bisa saja dibayangkan orang, mengingat memburuknya situasi keamanan yang sangat serius di Ekuador," katanya kepada Al Jazeera.
Baca juga: Bakal Calon Presiden Ekuador Ditembak Mati Saat Kampanye, Gengster Los Lobos Mengaku Jadi Eksekutor
8. Tingkat Pembunuhan Makin Meningkat
“Jika Anda membandingkan tingkat pembunuhan antara tahun 2021 dan 2022, ada peningkatan lebih dari 80 persen," beber Goebertus.
Kematian Villavicencio, misalnya, terjadi lebih dari dua minggu setelah pembunuhan profil tinggi lainnya: pembunuhan Wali Kota Manta, Agustin Intriago pada 23 Juli.
Goebertus mengatakan polisi nasional mencatat 5.000 kasus pemerasan pada tahun 2022, angka yang akan berlipat ganda pada akhir tahun 2023.
9. Situasi Penjara di Ekuador
Penjara di Ekuador kini menjadi tempat kekerasan yang sangat mengerikan.
Lebih dari 30 orang tewas dalam kerusuhan di penjara Guayaquil bulan lalu.
Human Rights Watch mengatakan dalam siaran pers pada hari Kamis bahwa lebih dari 600 orang telah tewas dalam pembantaian di penjara selama beberapa tahun terakhir.
10. Perpecahan Politik