“Itu adalah kecelakaan yang sangat tragis yang terjadi di K2 hari itu,” kata Harila.
"Dan kami merasa sangat kasihan pada Hassan sendiri dan keluarganya, istri dan anak-anaknya serta ibunya.”
Kontroversi Kematian Porter Gunung K2
Dikutip ABC News, kematian Mohammad Hassan 27 Juli di K2, puncak tertinggi kedua di dunia, memicu kontroversi yang berkelanjutan.
Dua pendaki berpendapat bahwa dia bisa diselamatkan jika semua orang di gunung hari itu membatalkan pendakian mereka dan fokus untuk menurunkannya dengan aman.
Baca juga: Wanita Pendaki Usia 70 Tahun Taklukkan Gunung Slamet, Ingin Mendaki 7 Puncak Tertinggi di Indonesia
Rekor Pendakian Kristin Harila
Kematian Hassan juga membayangi rekor yang dibuat oleh pendaki Norwegia Kristin Harila dan pemandu Sherpa-nya, Tenjin.
Dengan mendaki K2 hari itu, mereka menjadi pendaki tercepat di dunia, mendaki 14 gunung tertinggi dunia dalam 92 hari.
Harila mengatakan kepada The Associated Press pada hari Minggu bahwa "dalam kondisi bersalju yang kami alami di sana hari itu, tidak mungkin untuk membawanya turun."
“Saya yakin jika kami melihat peluang untuk membawanya turun dari sana, semua orang akan mencobanya,” katanya melalui Zoom dari Norwegia.
"Tapi itu tidak mungkin," ucapnya.
Penyelidikan Kematian Porter Gunung K2
Di Pakistan, otoritas lokal di wilayah Gilgit-Baltistan, yang memiliki yurisdiksi atas K2, membentuk komite beranggotakan lima orang pada 7 Agustus untuk menyelidiki kematian Hassan.
Mandat komite mencatat bahwa sangat penting untuk menentukan fakta setelah “laporan menyedihkan yang beredar di berbagai platform media sosial.”
"Penyelidik akan mencoba menentukan, antara lain, apakah lebih banyak yang bisa dilakukan untuk menyelamatkan Hassan," kata Wakil Direktur Departemen Olahraga dan Pariwisata Gilgit-Baltistan, Sajid Hussain.
Dia mengatakan kepada AP pada hari Minggu bahwa penyelidik akan menyerahkan temuan mereka pada 22 Agustus.
Hassan merupakan seorang ayah tiga anak berusia 27 tahun.