Menteri Pertahanan Rusia Ancam Pakai Bom Cluster Pemusnah Massal di Ukraina
TRIBUNNEWS.COM - Menteri Pertahanan Rusia, Sergei Shoigu, mengancam kalau militernya akan menggunakan bom cluster dalam konflik melawan Ukraina.
Sergei Shoigu beralasan, Rusia memiliki hak menggunakan bom tandan di Ukraina sebagai tanggapan atas pasokan senjata terlarang itu dari Amerika Serikat ke Kyiv.
Sejauh ini, dalam konflik bersenjata yang sudah terjadi selama 17 bulan, Rusia dan Ukraina saling menuduh lawan mereka menggunakan bom cluster.
Baca juga: Sesama Pasukan Rusia Saling Tembak dan Tikam, Militer Ukraina: 20 Tentara Tewas
Pun, Shoigu mengklaim Moskow masih menahan diri untuk tidak menggunakan bom pemusnah massal itu karena masalah "kemanusiaan".
"Namun, keputusan ini dapat dipertimbangkan kembali," katanya pada konferensi keamanan di Moskow tanpa menjelaskan lebih lanjut.
“Kami juga memiliki munisi tandan dalam persenjataan kami,” kata Shoigu, Selasa (15/8/2023).
Ukraina menerima pasokan munisi tandan dari Amerika Serikat pada bulan Juli dengan syarat untuk menggunakannya secara eksklusif untuk melawan tentara Rusia.
Moskow menuduh pasukan Ukraina menggunakan amunisi tersebut untuk membombardir wilayah yang diduduki Rusia.
Kelompok-kelompok kemanusiaan sangat menentang keputusan Washington untuk memasok bom curah ke Ukraina, yang dapat meledak dan berpotensi membahayakan nyawa warga sipil selama bertahun-tahun.
Tapi Shoigu mengecam dengan menyebut kecaman dari organisasi kemanusiaan kurang nyaring atas aksi AS ke Ukraina.
Apa Itu Bom Cluster?
Munisi tandan atau bom cluster, adalah senjata yang berisi banyak submunisi peledak.
Bom cluster atau Munisi tandan dijatuhkan dari pesawat terbang atau ditembakkan dari darat atau laut, terbuka di udara untuk melepaskan puluhan atau ratusan submunisi.
Situs stopclustermunitions menyebut ratusan submunisi itu yang dapat memenuhi area hingga seukuran beberapa lapangan sepak bola.