TRIBIBUNNEWS.COM - Sekelompok pemimpin dunia bertemu di KTT BRICS di Johannesburg, Afrika Selatan minggu ini.
BRICS adalah sebuah kelompok yang terdiri dari lima negara yang ingin menerapkan sistem ekonomi dan perdagangan dunia mereka sendiri.
BRICS bahkan telah membahas pembuatan mata uang baru.
Mengutip CBS News, berikut hal-hal yang perlu diketahui seputar BRICS.
Apa Itu BRICS?
BRICS, yang semula adalah BRIC, merupakan akronim dari negara Brasil, Russia, India, China dan Afrika Selatan (South Africa).
Baca juga: Resmi Digelar Hari ini, BRICS Beri Isyarat untuk Tambah Anggota Baru
Akronim BRIC dibuat oleh seorang analis ekonomi Jim O'Neill pada tahun 2001.
Dalam papernya, Jim O'Neill menulis bahwa empat negara BRIC nantinya akan memiliki pertumbuhan PDB yang akan melebihi negara-negara G7.
Negara-negara G7, yakni Amerika Serikat, Kanada, Prancis, Jerman, Italia, Jepang, dan Inggris, adalah kelompok negara dengan perekonomian maju di dunia.
O'Neill menemukan bahwa pada akhir tahun 2000, Brasil, Rusia, India dan China menyumbang sekitar 23,3 persen dari PDB dunia.
Ia memperkirakan PDB negara-negara BRIC akan meningkat dan mengatakan negara-negara G7 harus mempertimbangkan untuk menambahkan perwakilan BRIC ke dalam kelompok tersebut.
Keempat negara membentuk kelompok informal pada tahun 2006 sebagai sekutu yang berkontribusi terhadap perekonomian dunia.
Pada tahun 2011, Afrika Selatan bergabung dengan grup tersebut, sehingga akronimnya menjadi BRICS.
Pada tahun 2023, BRICS melampaui kontribusi PDB global negara-negara G7, menurut kelompok tersebut, yang mengatakan BRICS menyumbang hampir 1/3 dari aktivitas ekonomi dunia.
Para pemimpin dari negara-negara BRICS bertemu setiap tahun.
KTT tahun ini yang digelar di Johannesburg, Afrika Selatan diharapkan menjadi yang terbesar, dengan mengundang 69 pemimpin negara lainnya.
Baca juga: Presiden Jokowi Akan Hadiri KTT BRICS di Afrika Selatan
Kelompok ini bertujuan membentuk kembali lanskap ekonomi politik untuk menguntungkan diri mereka sendiri.
BRICS telah membentuk Dewan Bisnis, Perjanjian Cadangan Kontingen yang memberikan dukungan likuiditas jangka pendek, dan Bank Pembangunan Baru, yang mendukung proyek pembangunan di negara-negara BRICS.
KTT BRICS tahun ini berlangsung pada 22-24 Agustus dan akan fokus pada pengurangan ketergantungan global terhadap dolar AS.
Apakah BRICS menciptakan mata uang baru?
Negara-negara BRICS bertujuan untuk menciptakan sistem ekonomi dan perdagangan baru yang terpisah dari sistem Barat yang dipimpin AS, menurut kelompok tersebut.
Pada pertemuan puncak tahun ini, kelompok tersebut membahas de-dolarisasi, yang bertujuan untuk mengurangi ketergantungan pada dolar AS dan mempromosikan penggunaan mata uang nasional dalam perdagangan internasional.
Alasannya, dolar AS mempengaruhi mata uang lainnya.
Ketika perekonomian AS menguat, dolar juga ikut menguat – namun hal ini melemahkan mata uang lainnya, menurut Associated Press.
Misalnya, tahun lalu, $1 USD bisa menghasilkan sekitar 110 yen.
Sekarang, $1 USD bernilai 143 yen.
Baca juga: Ikuti Langkah China-Rusia, Indonesia Beri Sinyal Gabung Jadi Keanggotaan BRICS
BRICS telah membahas cara untuk memperluas perdagangan antar negara mereka sebagai cara untuk mengurangi ketergantungan pada dolar, menurut AP.
Rusia dan China sangat ingin melemahkan posisi Amerika dalam perekonomian dunia.
Pada pertemuan negara-negara BRICS pada bulan Juni, Naledi Pandor dari Afrika Selatan mengatakan Bank Pembangunan Baru (New Development Bank) dari kelompok tersebut akan mencari alternatif untuk mata uang yang diperdagangkan secara internasional saat ini, menurut AP .
Tetapi sementara kelompok tersebut telah mempertimbangkan untuk membuat mata uangnya sendiri, topik itu tidak masuk dalam agenda KTT tahun ini.
BRICS pertama kali mulai membahas mata uang baru setelah AS memberlakukan sanksi terhadap Rusia setelah invasi ke Ukraina.
“Mata uang bersama di antara negara-negara BRICS dapat mengarah pada pembentukan hubungan ekonomi yang lebih kuat dan aliansi geopolitik baru, yang selanjutnya memperkuat posisi mereka sebagai koalisi de-dolarisasi yang semakin kuat,” kata kelompok tersebut.
Negara mana saja yang ingin bergabung dengan BRICS?
Lebih dari 40 negara mengatakan mereka ingin bergabung dengan BRICS dan 22 negara telah mengajukan formulir.
“Koalisi yang berkembang ini merupakan bukti meningkatnya pengaruh BRICS di kancah internasional dan potensinya dalam membentuk masa depan keuangan global,” kata kelompok tersebut.
Indonesia, Iran, Argentina, Arab Saudi, Uni Emirat Arab, Kazakhstan, Bolivia, Mesir, Ethiopia, Kuba, Aljazair, Republik Demokratik Kongo, Komoro dan Gabon termasuk di antara negara-negara yang menyatakan tertarik untuk bergabung dengan BRICS, lapor Reuters.
Negara-negara ini berharap bahwa dengan bergabung mereka akan mendapatkan lebih banyak manfaat ekonomi daripada model ekonomi dan perdagangan Barat saat ini.
(Tribunnews.com, Tiara Shelavie)