Penjaga Gunung Fuji, Miho Sakurai, mengatakan kepada wartawan, ada terlalu banyak orang di Gunung Fuji saat ini.
"Banyak dari mereka yang berstatus “pemula” yang tidak berpengalaman, seringkali berpakaian minim, tidak memiliki perlengkapan yang memadai, dan rentan terhadap hipotermia atau penyakit ketinggian," kata dia.
Akibatnya, permintaan penyelamatan meningkat 50 persen dibandingkan tahun lalu dan satu orang meninggal pada bulan April dalam kecelakaan pendakian.
Bisa Kehilangan Status Warisan Budaya UNESCO
Gunung Fuji, berapi aktif dengan ketinggian 3.776 meter, terkenal dengan hamparan saljunya yang indah dan salah satu simbol nasional Jepang.
Gunung ini diakui sebagai situs Warisan Budaya Dunia UNESCO pada tahun 2013.
Jumlah pengunjung ke Fuji meningkat lebih dari dua kali lipat antara tahun 2012 dan 2019 menjadi 5,1 juta , menurut kantor berita CNA.
Minggu ini, pejabat pemerintah bertemu untuk membahas seputar kepadatan dan pelanggaran etika di tempat-tempat wisata dengan lalu lintas tinggi.
Gubernur Yamanashi, Kotaro Nagasaki mengusulkan pembangunan jalur kereta api ringan untuk mengendalikan jumlah orang yang mengakses lokasi tersebut.
“Kita memerlukan perubahan dari kuantitas ke kualitas dalam hal pariwisata di Gunung Fuji,” kata Nagasaki.
Seorang penjaga hutan setempat menyebut kemungkinan Gunung Fuji kehilangan status warisan budayanya.
Jika itu terjadi, maka hilangnya status warisan budaya UNESCO pada Gunung Fuji bisa digambarkan sebagai sebuah hal yang menyakitkan bagi Jepang.
(oln/*/Rtrs/cnn/RT)