TRIBUNNEWS.COM - Pemimpin Korea Utara Kim Jong Un telah tiba di Rusia untuk bertemu Presiden Vladimir Putin.
Ini akan menjadi pertemuan kedua mereka.
Pemerintah dari masing-masing pihak tidak mengonfirmasi agenda keduanya.
Tetapi pejabat AS menyebut, Putin kemungkinan akan meminta persenjataan untuk perangnya melawan Ukraina.
Saat Perang Korea tahun 1950-1953 lalu, Uni Soviet pernah membantu invasi Korea Utara terhadap Korea Selatan.
Dilansir Associated Press, berikut sejarah hubungan Korea Utara dan Rusia.
Baca juga: Kim Jong Un Dilaporkan Sudah Sampai di Rusia, Berikan Dukungan Militer untuk Moskow?
1945-1948
Pemerintahan kolonial Jepang di Semenanjung Korea berakhir dengan kekalahan Tokyo pada Perang Dunia II di tahun 1945.
Namun, Semenanjung Korea terbagi menjadi wilayah utara yang didukung Soviet dan wilayah selatan yang didukung AS.
Militer Soviet mengangkat calon diktator Kim Il Sung, mantan pemimpin gerilya yang melawan pasukan Jepang di Manchuria, untuk berkuasa di Utara.
1950-1953
Pasukan Kim Il Sung melancarkan serangan mendadak ke Korea Selatan pada bulan Juni 1950, yang memicu Perang Korea.
Korea Utara dibantu Republik Rakyat Tiongkok yang baru saja dibentuk, dan juga Uni Soviet.
Amerika Serikat dan negara-negara lain di bawah arahan PBB, membantu Korea Selatan bertempur untuk memukul mundur invasi tersebut.
Gencatan senjata dilakukan pada tahun 1953 untuk menghentikan pertempuran sementara.
Hingga kini, Korea Utara dan Selatan secara teknis masih berperang, karena tidak ada perjanjian damai resmi untuk mengakhiri Perang Korea.
Baca juga: Pemimpin Korut Kim Jong Un Temui Vladimir Putin di Vladivostok, Apa yang Mereka Bicarakan?
Pertengahan tahun 1950an hingga 1960an
Uni Soviet terus memberikan bantuan ekonomi dan militer kepada Korea Utara.
Namun hubungan meregang ketika Kim Il Sung membersihkan faksi-faksi pro-Soviet dan pro-China untuk mengkonsolidasikan kekuasaannya.
Moskow mengurangi bantuannya namun tidak menghentikannya sampai akhir Perang Dingin.
1970-an
Ketika persaingan antara Uni Soviet dan China semakin meningkat, Korea Utara menerapkan kebijakan “jarak yang sama” yang mengadu domba raksasa komunis itu untuk mendapatkan lebih banyak bantuan dari keduanya.
Pyongyang juga berupaya mengurangi ketergantungannya pada Moskow dan Beijing.
Namun pinjaman besar-besaran dari pasar keuangan internasional membuat perekonomian Korea Utara jatuh selama beberapa dekade.
1980-an
Saat Presiden Mikhail Gorbachev berkuasa, Uni Soviet mulai mengurangi bantuan ke Korea Utara dan mendukung rekonsiliasi dengan Korea Selatan.
Seoul juga memperluas hubungan diplomatik dengan negara-negara komunis di Eropa Timur, sehingga membuat Pyongyang semakin terisolasi.
1990-an
Uni Soviet runtuh pada tahun 1991, membuat Korea Utara kehilangan "pegangan" dalam bidang ekonomi dan keamanan.
Pemerintahan pasca-komunis yang dipimpin oleh Presiden Boris Yeltsin tidak menunjukkan antusiasme untuk terus mendukung Korea Utara.
Uni Soviet yang kini berganti nama menjadi Rusia, justru menjalin hubungan diplomatik formal dengan Seoul dengan harapan dapat menarik investasi Korea Selatan dan membiarkan aliansi militer era Soviet dengan Korea Utara berakhir.
Kim Il Sung kemudian meninggal pada tahun 1994, dan Korea Utara mengalami kelaparan parah pada akhir tahun 1990an.
Jumlah orang yang meninggal akibat kelaparan massal diperkirakan mencapai ratusan ribu jiwa.
Awal tahun 2000-an
Setelah terpilih pertama kali sebagai presiden pada tahun 2000, Vladimir Putin secara aktif berupaya memulihkan hubungan Rusia dengan Korea Utara.
Putin mengunjungi Pyongyang pada bulan Juli tahun itu untuk bertemu Kim Jong Il, ayah dari Kim Jong Un, pemimpin Korea Utara generasi kedua.
Keduanya sama-sama mengkritik rencana pertahanan rudal AS.
Putin kemudian menyambut Kim Jong Il untuk pertemuan berikutnya di Rusia pada tahun 2001 dan 2002.
Pertengahan hingga akhir tahun 2000-an
Meskipun hubungan antara kedua negara lebih hangat, Rusia pernah dua kali mendukung sanksi Dewan Keamanan PBB terhadap Korea Utara atas program senjata nuklir dan rudal.
Rusia berpartisipasi dalam perundingan yang bertujuan membujuk Korea Utara agar meninggalkan program nuklirnya dengan imbalan keuntungan keamanan dan ekonomi.
Perundingan tersebut, yang juga melibatkan Amerika Serikat, China, Korea Selatan dan Jepang, gagal pada bulan Desember 2008.
2011-2012
Beberapa bulan setelah pertemuan puncak dengan Presiden Rusia saat itu, Dimitry Medvedev pada Agustus 2011, Kim Jong Il meninggal.
Kim Jong Un, menggantikannya sebagai penguasa Korea Utara.
Pada tahun 2012, Rusia setuju untuk menghapuskan 90 persen utang Korea Utara yang diperkirakan berjumlah $11 miliar.
2016-2017
Kim Jong Un mempercepat uji coba nuklir dan rudal Korea Utara.
Rusia mendukung sanksi ketat Dewan Keamanan PBB yang mencakup pembatasan pasokan minyak dan tindakan keras terhadap ekspor tenaga kerja negara tersebut.
2018-2019
Kim Jong Un memulai diplomasi dengan AS dan Korea Selatan untuk memanfaatkan program nuklirnya demi keuntungan ekonomi.
Ia juga mencoba meningkatkan hubungan dengan sekutu lamanya, China dan Rusia.
Setelah pertemuan keduanya dengan Presiden AS Donald Trump (saat itu) membahas mengenai sanksi terhadap Korea Utara, Kim Jong Un melakukan perjalanan ke kota Vladivostok di Rusia timur untuk pertemuan puncak pertamanya dengan Putin pada bulan April 2019.
Para pemimpin itu berjanji untuk memperluas kerja sama, meski pertemuan tidak membuahkan hasil yang berarti.
Baca juga: Pesawat Airbus A320 Mendarat di Ladang Gandum Rusia, Penumpang Puji Pilot Setinggi Langit
2022
Korea Utara memanfaatkan kekacauan yang disebabkan oleh perang Rusia-Ukraina untuk lebih meningkatkan uji coba senjatanya, dan menyalahkan Amerika Serikat atas perang tersebut.
Pyongyang mengklaim kebijakan Barat memberikan pembenaran kepada Putin untuk membela Rusia dengan menerjunkan pasukan ke Ukraina.
Korea Utara bergabung dengan Rusia dan Suriah dalam mengakui kemerdekaan dua wilayah separatis yang didukung Moskow di Ukraina timur dan mengisyaratkan minat untuk mengirim pekerja konstruksi ke wilayah tersebut untuk membantu upaya pembangunan kembali.
Rusia dan China menghalangi dijatuhkannya sanksi terhadap Korea Utara atas intensifnya uji coba rudal mereka.
12 September 2023
Kim Jong Un tiba di Rusia untuk bertemu Putin.
Dia diperkirakan akan mencari bantuan ekonomi dan teknologi militer Rusia dengan imbalan amunisi untuk memicu perang Rusia di Ukraina.
Pertemuan tersebut, dilakukan setelah Menteri Pertahanan Rusia Sergei Shoigu melakukan kunjungan ke Korea Utara pada bulan Juli.
Ia juga menghadiri parade militer besar-besaran di mana Kim Jong Un memamerkan rudal jarak jauh yang dirancang untuk menargetkan daratan AS.
(Tribunnews.com, Tiara Shelavie)