TRIBUNNEWS.COM - Pemerintah Korea Selatan mengatakan bahwa pemimpin Korea Utara, Kim Jong Un, telah sampai di Rusia untuk bertemu dengan Vladimir Putin.
Pertemuan antara Kim Jong Un dan Vladimir Putin membuat Barat khawatir.
Dilansir Microsoft Start, Korea Utara diduga sedang mempertimbangkan untuk memberikan dukungan militer bagi Rusia di perang melawan Ukraina.
Kementerian Pertahanan Korea Selatan mengatakan Kim Jong Un diyakini telah berada di wilayah Rusia, Selasa (12/9/2023) dini hari waktu setempat.
Kim datang ke sana dengan menggunakan kereta lapis baja mewah yang biasa ditumpangi para pemimpin Korea Utara.
"Kami memantau dengan cermat apakah akan ada negosiasi antara Korea Utara dan Rusia mengenai perdagangan senjata dan transfer teknologi," kata kementerian tersebut dilansir Microsoft Start.
Mereka menambahkan bahwa Kim datang ke Rusia dengan didampingi oleh beberapa perwira militer.
Delegasi tersebut diperkirakan mencakup menteri luar negerinya, Choe Sun-hui, dan anggota partai terkemuka yang bertanggung jawab atas industri pertahanan dan urusan militer, termasuk direktur departemen industri amunisi, Jo Chun-ryong.
"Kehadiran Jo Chun-ryong menunjukkan bahwa Korea Utara dan Rusia akan menyelesaikan semacam perjanjian pembelian amunisi," kata Michael Madden, pakar kepemimpinan Korea Utara di Stimson Center yang berbasis di Washington dilansir The Guardian.
Sebelumnya, KCNA merilis foto-foto keberangkatan Kim dari Pyongyang, lengkap dengan pengawal kehormatan militer dan kerumunan orang berjas gelap dan gaun warna-warni yang melambaikan bunga dan bendera saat ia menaiki kereta berwarna hijau dan kuning tersebut.
Baca juga: Pemimpin Korut Kim Jong Un Temui Vladimir Putin di Vladivostok, Apa yang Mereka Bicarakan?
Perjalanan tersebut menandai kunjungan pertama Kim ke luar negeri dalam lebih dari empat tahun dan yang pertama sejak pandemi Covid-19.
Para pejabat AS yakin Putin kemungkinan akan fokus pada pengamanan lebih banyak pasokan artileri Korea Utara dan amunisi lainnya ketika ia berupaya meredakan serangan balasan Ukraina.
Sebagai imbalannya, Kim dapat mencari bantuan energi dan pangan, serta teknologi canggih untuk satelit dan kapal selam bertenaga nuklir yang dapat meningkatkan ancaman yang ditimbulkan oleh program rudal balistik dan senjata nuklir Korea Utara.
Namun, beberapa analis yakin bahwa Rusia akan enggan membagikan rincian teknologi persenjataannya yang dijaga ketat dengan imbalan terbatasnya pasokan peluru artileri dan amunisi lainnya.