Armenia juga meminta pasukan penjaga perdamaian Rusia di lapangan untuk melakukan intervensi.
Rusia kamudian menyerukan semua pihak untuk menghentikan pertempuran.
Rusia pernah menjadi perantara gencatan senjata setelah perang tahun 2020 yang membuat Azerbaijan merebut kembali sebagian besar wilayah di dan sekitar Karabakh yang hilang dalam konflik sebelumnya pada tahun 1990-an.
Rusia berhubungan dengan Azerbaijan dan Armenia dan telah mendesak perundingan, kata juru bicara Kremlin Dmitry Peskov pada hari Selasa (19/9/2023).
Peskov menambahkan bahwa Moskow menganggap memastikan keselamatan sipil sebagai isu yang paling penting.
Di sisi lain, Armenia menuduh Rusia terlalu sibuk dengan perangnya sendiri sehingga tidak bisa melindungi Armenia.
Baca juga: Cari Sekutu Baru, Armenia Cueki Peringatan Rusia: Latihan Tempur Bareng Militer AS Dimulai
Armenia mengatakan pasukan penjaga perdamaian Rusia di Karabakh gagal melakukan tugas mereka.
Para pengunjuk rasa Armenia yang tidak senang dengan kegagalan Rusia menghentikan Azerbaijan, meneriakkan slogan-slogan anti-Rusia di depan kedutaan Rusia di Armenia pada Selasa malam, kantor berita Rusia TASS melaporkan.
Respons negara lain
Amerika Serikat sedang melakukan diplomasi krisis atas apa yang mereka yakini sebagai gejolak yang sangat berbahaya, kata para pejabat AS.
Blinken mungkin akan terlibat dalam upaya meredakan krisis dalam 24 jam ke depan.
Prancis, yang mengatakan pihaknya menginginkan pertemuan Dewan Keamanan PBB pada hari Kamis, mengatakan akan bekerja sama dengan mitra-mitranya untuk merespons dengan tegas.
Jerman mengatakan Azerbaijan telah melanggar janji untuk tidak melakukan tindakan militer.
Sementara itu Turki mengatakan pihaknya mendukung upaya Azerbaijan untuk menjaga integritas wilayahnya.
Berbicara di dalam Karabakh dengan latar belakang gemuruh artileri, Ruben Vardanyan, pejabat tinggi pemerintahan etnis Armenia di Karabakh, mengimbau Armenia untuk mengakui kemerdekaan Karabakh yang dideklarasikan sendiri dari Azerbaijan.
“Situasi yang sangat serius telah terjadi di sini,” kata Vardanyan dalam sebuah klip video.
“Azerbaijan telah memulai operasi militer skala penuh terhadap 120.000 penduduk, 30.000 di antaranya adalah anak-anak, wanita hamil, dan orang tua,” katanya.
(Tribunnews.com, Tiara Shelavie)