TRIBUNNEWS.COM - Kementerian Pertahanan Israel melaporkan pencurian sebuah tank dari pangkalan pelatihan tentara dekat Persimpangan Eliakim di Israel utara, kata polisi dalam sebuah pernyataan pada hari Rabu (20/9/2023), lapor Haretz.
Belakangan, tank yang dicuri dari pangkalan militer di Israel utara telah ditemukan di sebuah tempat pembuangan sampah, kata polisi.
Sebelum menemukan tank di tempat pembuangan sampah di daerah Nesher, awalnya pasukan mulai menyisir daerah Israel utara, lapor The Defence Post.
Tank itu ditemukan 20 kilometer dari arah selatan kota pesisir Haifa, Neshe, lapor Al Jazeera.
Dari penyelidikan awal mengenai keadaan kasus tersebut, tank tersebut diduga tidak aktif dan dicuri dari lokasi kejadian.
Alasan pencurian masih didalami.
Baca juga: Pasukan Ukraina Jiplak Taktik Rusia Jadi Senjata Makan Tuan: Tank Tua Soviet Menjelma Bom Raksasa
“Setelah menemukan tank yang dicuri, pemberitahuan dikirim ke Kementerian Pertahanan dan polisi membuka penyelidikan bersama dengan Kementerian Pertahanan,” katanya.
Sebuah pernyataan militer mengatakan tank itu merupakan Merkava Mk II yang dinonaktifkan beberapa tahun lalu.
“Mereka tidak mempunyai persenjataan, dan sistemnya tidak berfungsi,” kata pernyataan itu.
“Tank itu ditempatkan di area tembak, terbuka bagi siapa pun yang lewat, dan digunakan sebagai kendaraan stasioner untuk latihan tentara," terang pernyataan militer.
Pernyataan itu mengatakan tank itu “dikembalikan ke sistem keamanan”.
“Penyelidikan atas insiden tersebut terus berlanjut, dan penyelidikan komando juga akan dilakukan,” tambahnya.
Tersangka telah Ditangkap
Dua tersangka telah ditangkap sehubungan dengan pencurian tersebut, menurut The Jerusalem Post.
Februari lalu, dua tentara veteran mencuri sebuah tank dari Dataran Tinggi Golan untuk memprotes rencana pemerintah merombak sistem peradilan negara.
Baca juga: Joe Biden Tolak Kirim Pesawat Tempur F-16 ke Ukraina untuk Jaga Pasokan Tank Tempur
Israel berada dalam kekacauan politik dalam beberapa bulan terakhir.
Pemerintah berencana untuk melakukan reformasi peradilan yang dipandang oleh oposisi sebagai perebutan kekuasaan demi kepentingan otoritas eksekutif.
Namun Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menegaskan bahwa reformasi tersebut akan meningkatkan demokrasi dan mengembalikan keseimbangan antara legislatif, eksekutif dan yudikatif dalam pemerintahan.
(Tribunnews.com/Andari Wulan Nugrahani)