Wamil Umpan Peluru Tentara Ukraina, Korban Tewas Pasukan Rusia Hampir 110 Ribu Orang
TRIBUNNEWS.COM - Invasi ke Ukraina membuat Rusia memobilisasi jumlah pasukannya dengan cara merekrut para warga dengan berbagai cara, termasuk menerapkan wajib militer (Wamil).
Namun, laporan investigasi sebuah lembaga menunjukkan, para tentara rekrutan Wamil Rusia punya efektivitas rendah dan hanya jadi umpan peluru tentara Ukraina di medan tempur.
Menurut laporan investigasi independen IStories dan proyek pemantauan perang Conflict Intelligence Team (CIT) pada Kamis, satu dari lima tentara Rusia yang dimobilisasi (direkrut lewat Wamil) tewas dalam perang di Ukraina.
Baca juga: Tiga Brigade Elite Rusia Rontok, Taktik Ukraina Bikin Tentara Moskow Terbelah, Bakhmut di Genggaman
Hal lainnya adalah, kebanyakan dari mereka tewas kurang dari dua bulan setelah didaftarkan.
IStories dan CIT mengatakan angka mereka didasarkan pada data terkait kematian hampir 3.000 wajib militer yang meninggal sejak Presiden Rusia, Vladimir Putin mengumumkan mobilisasi "parsial" pada September lalu.
Namun, kedua lembaga tersebut menekankan bahwa jumlah korban tewas sebenarnya di antara pasukan yang dimobilisasi, kemungkinan jauh lebih tinggi.
Disebutkan, data 3.000 kematian wajib militer itu didapat dari kumpulan laporan media, pengumuman resmi, dan laporan kerabat tentara yang memilih untuk berbicara ke publik.
"Hanya empat dari pasukan cadangan yang dimobilisasi yang tewas dalam konflik yang bertahan lebih dari 11 bulan sebelum terbunuh," menurut IStories dan CIT.
Menurut analisis tersebut, lebih dari separuh tentara yang dimobilisasi yang tewas berusia antara 30 dan 45 tahun pada saat kematian mereka, sementara hampir sepertiganya meninggal antara usia 20-29 tahun.
Korban Tewas Nyaris 110 Ribu Tentara
Pihak Moskow jarang berkomentar mengenai korban tewas dalam perang.
Kementerian Pertahanan Rusia terakhir kali memperbarui jumlah korban tewas tentaranya pada September 2022, jumlahnya di bawah 6.000 orang tewas.
Dokumen intelijen Barat yang bocor awal tahun ini menyebutkan jumlah sebenarnya mendekati 110.000 tentara Rusia yang terluka dan terbunuh pada Februari 2023.
Sejak mengumumkan mobilisasi “parsial” 300.000 tentara cadangan pada 21 September 2022, pihak berwenang Rusia telah mendigitalkan catatan militer dan memperketat hukuman pidana bagi mereka yang menghindari wajib militer.
Beberapa pengamat berspekulasi bahwa Kremlin sedang mempersiapkan rancangan kampanye baru untuk mobilisasi pasukan berikutnya.
Namun gelombang pertama mobilisasi yang dimulai tahun lalu secara teknis masih berlangsung karena Putin, yang secara terbuka menyatakan berakhirnya mobilisasi pada bulan November, belum menandatangani keputusan presiden yang secara resmi mengakhiri mobilisasi.
(oln/tmt/*)