Dia menambahkan bahwa tim tersebut melanjutkan penyelidikannya mengenai isu-isu yang muncul terkait pelanggaran HAM berat.
Erik Mose, seorang hakim dari Norwegia, mengepalai Komisi Penyelidikan yang beranggotakan tiga orang, yang dibentuk oleh Dewan Hak Asasi Manusia untuk menyelidiki pelanggaran yang dilakukan sejak invasi besar-besaran Rusia ke Ukraina pada Februari 2022.
Dalam laporan lengkap pertamanya yang diterbitkan pada bulan Maret, tim tersebut menetapkan bahwa pihak berwenang Rusia telah melakukan berbagai macam kejahatan perang.
Mose, pada saat itu, mengatakan bahwa komisi tersebut mengetahui adanya dugaan genosida, termasuk pemindahan paksa anak-anak Ukraina ke wilayah yang berada di bawah kendali Rusia, dan berjanji untuk menyelidikinya.
Dalam pembaruannya kepada dewan pada hari Senin, Mose menyesalkan kurangnya kejelasan dan transparansi mengenai keseluruhan, keadaan, dan kategori anak-anak yang dipindahkan.
"Apakah hal itu juga akan menimbulkan isu genosida akan diklarifikasi dalam penyelidikan kami," katanya kepada wartawan.
Penyiksaan Brutal
Laporan komisi PBB tersebut pada Maret juga menyebutkan bahwa Moskow berada di balik sejumlah besar kejahatan perang lainnya, termasuk serangan luas terhadap warga sipil dan infrastruktur, pembunuhan, penyiksaan dan pemerkosaan serta kekerasan seksual lainnya.
Mose mengatakan bahwa komisi tersebut, yang telah melakukan perjalanan lebih dari 10 kali ke Ukraina, kini “melakukan penyelidikan yang lebih mendalam”.
“Kami juga mengklarifikasi penyiksaan dan serangan terhadap infrastruktur energi merupakan kejahatan terhadap kemanusiaan,” katanya
Antara lain, dia mencontohkan kalau tim sedang menyelidiki penyebab kehancuran bendungan Nova Kakhovka di Ukraina yang diduduki Rusia pada 6 Juni.
"Tim tersebut juga telah mengumpulkan lebih banyak bukti yang menunjukkan penggunaan penyiksaan yang “meluas dan sistematis” oleh angkatan bersenjata Rusia," kata anggota komisi Pablo de Greiff kepada wartawan.
Penyiksaan dikatakan terjadi terutama di pusat-pusat penahanan yang dikendalikan oleh otoritas Rusia, dan dalam beberapa kasus sangat brutal hingga korbannya meninggal, katanya.
“Karena tidak mempunyai akses ke tempat-tempat penahanan yang berada di bawah kendali Federasi Rusia, mustahil untuk menghitung secara pasti jumlah orang yang mungkin meninggal akibat praktik ini,” katanya, seraya menambahkan bahwa hal tersebut tampaknya merupakan hal yang wajar jumlah besar."
(oln/Tmt/AFP/*)