Ditanya tentang bagaimana reaksi pertama mereka saat mendengar berita bahwa mereka telah memenangkan Penghargaan Nobel tersebut, Profesor Kaliko mengatakan dia mengira itu "hanya lelucon" pada awalnya.
Baca juga: Oppenheimer dan Einstein: Hubungan rumit antara bapak bom atom dan peraih Nobel
Sama seperti Profesor Kaliko, Profesor Weissman berkata:
"Saya sangat gembira dan kemudian tidak percaya, dan sedikit curiga bahwa ada pihak anti-vaxxer yang mengerjai kami."
"Tetapi ketika kami melihat pengumumannya, kami tahu itu nyata dan ada perasaan yang luar biasa."
Katalin Kariko kini menjadi profesor di Universitas Szeged di Hongaria sementara Drew Weissman masih bekerja sebagai profesor di Universitas Pennsylvania.
Bagaimana mRNA bekerja?
Ilmuwan mengambil bagian dari kode genetik virus dan mengubahnya menjadi vaksin untuk diinjeksikan ke dalam pasien.
Vaksin memasuki sel dan memerintahkan sel untuk memproduksi spike protein virus corona.
Sistem kekebalan tubuh kita kemudian akan bereaksi, memproduksi antibodi dan mengaktifkan sel-T untuk menghancurkan sel dengan spike protein.
Ketika nantinya pasien terpapar virus corona, antibodi dan sel-T (yang sudah mengenali virus dari spike protein), akan terpicu dan melawan virus.
Ide besar di balik teknologi ini adalah ilmuwan dapat dengan cepat mengembangkan vaksin terhadap hampir semua hal – selama mengetahui instruksi genetik yang tepat untuk digunakan.
Hal ini menjadikan mRNA jauh lebih cepat dan lebih fleksibel dibandingkan pendekatan tradisional dalam pengembangan vaksin.
Baca juga: Peraih Hadiah Nobel Sastra Jepang, Kenzaburo Oe Meninggal di Usia 88 Tahun
Bahkan ada pendekatan eksperimental yang menggunakan teknologi yang mengajarkan tubuh pasien cara melawan kanker mereka sendiri.
Para ilmuwan menganalisis tumor atau kanker pasien, mencari protein abnormal yang diproduksi oleh kanker yang tidak berada di jaringan sehat dan mengembangkan vaksin untuk menargetkan protein tersebut dan menyuntikkannya ke pasien.
Dengan menyempurnakan teknologinya, para peneliti mampu menghasilkan protein yang diinginkan dalam jumlah besar tanpa menyebabkan tingkat peradangan berbahaya seperti yang terlihat pada percobaan pada hewan.