Penyidik PBB: Rudal HIMARS Ukraina Bukan Dalang Ledakan Mematikan di Penjara Berisi Ribuan Tawanan
TRIBUNNEWS.COM - Penyidik PBB untuk dugaan kejahatan kemanusiaan mengumumkan hasil investigasi mereka atas sebuah ledakan mematikan di sebuah penjara di wilayah pendudukan Rusia di Ukraina timur tahun lalu.
Rusia dan Ukraina saling menyalahkan atas ledakan yang menewaskan puluhan tentara Ukraina berstatus tawanan perang tersebut.
"Ledakan bukan disebabkan oleh roket HIMARS Ukraina," kata para penyelidik PBB.
Baca juga: Polandia Serius Bikin Rusia Mikir Dua Kali: Tak Cuma Borong 500 HIMARS, Bikin Pabriknya Sekalian
Bukan Karakteristik HIMARS
Pada tanggal 29 Juli 2022, setidaknya 51 tawanan perang dari pihak Ukraina tewas dalam pemboman penjara Olenivka.
Penjara yang dikuasai tentara Moskow ini berada di wilayah timur Donetsk.
Rusia dan Ukraina sama-sama saling menuduh berada di balik serangan tersebut.
Dalam sebuah laporan yang diterbitkan pada Rabu (4/10/2023), para penyelidik dari Misi Pemantau Hak PBB di Ukraina mengatakan mereka terus menyelidiki ledakan tersebut.
Mereka menekankan, diperlukan lebih banyak informasi untuk mengetahui keadaan sebenarnya dan pihak mana yang harus bertanggung jawab.
Namun, kata mereka, jelas bahwa ledakan tersebut bukan disebabkan oleh roket HIMARS yang diluncurkan oleh angkatan bersenjata Ukraina.
“Tingkat kerusakan pada dinding, langit-langit, atap dan jendela barak, kondisi tempat tidur di dalam, besarnya sisa kawah, dan radius tumbukan bukan merupakan karakteristik dampak amunisi HIMARS,” kata mereka.
Kesimpulan Cuma dari Analisis dan Wawancara, Belum Bisa ke TKP
Misi badan hak asasi manusia PBB, yang telah hadir di Ukraina sejak tahun 2014, belum memiliki akses ke koloni hukuman tersebut.
Meski begitu, penyidik PBB mengatakan pihaknya telah mencapai kesimpulan tersebut setelah melakukan wawancara dengan lebih dari 50 saksi dan penyintas, serta analisis video dan foto rekaman.
“Bahkan satu roket HIMARS pun kemungkinan besar akan menyebabkan kerusakan dan kehancuran barak dan wilayah sekitarnya dalam skala yang jauh lebih besar dan lebih parah,” kata laporan itu.
Penyidik PBB juga menunjukkan bahwa para saksi juga menggambarkan “mendengar beberapa ledakan.”
Selain itu, para penyelidik mengatakan bahwa rekaman video dan foto dari barak yang hancur menunjukkan satu titik benturan di bagian dalam tembok barat dan dua kemungkinan titik penetrasi melalui atap.
Secara umum, jika rudal HIMARS yang menghantam penjara tersebut, dampak kerusakan dan jumlah korban jiwa akan jauh lebih besar.
“Meskipun jenis senjata yang tepat dan asal usulnya tidak dapat ditentukan, pola kerusakan struktural tampak konsisten dengan proyeksi persenjataan yang bergerak dengan lintasan timur-barat,” kata laporan itu.
Para penyelidik meminta Moskow untuk memberikan akses kepada pemantau independen ke koloni hukuman (penjara) tersebut.
Ketika ledakan terjadi, penjara Olenivka menahan ribuan tawanan perang Ukraina, termasuk anggota batalion Azov.
Pasukan batalion Azov ini sempat bertempur untuk mempertahankan pabrik baja Azovstal di kota pelabuhan Mariupol di Ukraina sebelum menyerah kepada pasukan Rusia.
(oln/tmt/*)