TRIBUNNEWS.COM - Sebuah kelompok yang berbasis di Norwegia yang berfokus pada hak-hak Kurdi, Organisasi Hak Asasi Manusia Hengaw, mengatakan pasukan keamanan menangkap Shahin Ahmadi, ibu dari gadis remaja berusia 16 tahun yang diduga melanggar aturan hijab Iran.
Dikutip CNN, setelah mengalami penyerangan, Armita Geravand dilarikan ke rumah sakit.
Hengaw mengatakan saat ini Geravand berada dalam kondisi koma.
Terbaru, organisasi tersebut mengatakan ibu dari Armita Geravand ditangkap pada Kamis (5/10/2023) di dekat rumah sakit tempat putrinya dirawat, Al Jazeera melaporkan.
Dikutip dari IRNA, melalui akun X, pengadilan membantah laporan Hengaw dan adanya penangkapan.
Laporan IRNA menyebut "musuh tidak dikenal menyebarkan rumor" tentang kondisi kesehatan Geravand demi keuntungan mereka sendiri.
Baca juga: Populer Internasional: Remaja Diduga Dipukuli Polisi Moral Iran - Mantan Jurnalis Rusia Dipenjara
Pihak berwenang Iran juga telah membantah laporan Hengaw bahwa Geravand terluka saat polisi moral menertibkan aturan hijab pada Minggu (2/10/2023) di statiun metro Teheran.
Berbeda dengan pernyataan aktivis Iran, pihak berwenang dan keluarga gadis remaja itu mengaku bahwa Geravand dirawat di rumah sakit karena menderita tekanan darah rendah.
Ibu dan ayah Geravand mengatakan kepada media pemerintah dalam sebuah wawancara bahwa sepertinya kepala putrinya terbentur setelah pingsan karena tekanan darah rendah.
Orang tuanya mengatakan tidak ada tanda-tanda dari video yang mereka lihat bahwa Geravand diserang.
“Saya pikir mereka mengatakan dia menderita tekanan darah rendah. Tekanan darahnya turun atau terjatuh ke lantai. Kepalanya membentur tepi metro dan kemudian (teman-temannya) menurunkannya (kereta),” kata ibunya, Shahin Ahmadi.
Tidak jelas apakah keluarga Armita Geravand menerima ancaman hingga berbicara demikian kepada media pemerintah.
Baca juga: Aktivis Iran Tuduh Polisi Moral Lakukan Penyerangan terhadap Gadis Remaja hingga Dirawat di RS
CEO metro Teheran mengatakan kepada media pemerintah bahwa tidak ada kontak fisik atau verbal antara Geravand dan anggota stafnya.
“Menurut penyelidikan kami, setelah meninjau rekaman CCTV sejak dia memasuki stasiun dan naik kereta, tidak ada pertengkaran verbal atau fisik antara penumpang dengan mereka atau staf kami," terang Direktur Pelaksana Metro Teheran Masoud Dorosti kepada media pemerintah."