Rubel Makin Ambruk Terhadap Dolar AS Tak Lama Setelah Putin Bilang Ekonomi Rusia Aman dan Stabil
TRIBUNNEWS.COM - Mata uang Rusia, Rubel melemah terhadap dolar Amerika Serikat pada Jumat (6/10/2023).
Pelemahan Rubel itu terjadi sehari setelah Presiden Rusia, Vladimir Putin mengatakan situasi ekonomi negara yang terkena sanksi itu “stabil.”
Mata uang Rusia turun sebanyak 101,46 rubel terhadap dolar AS di bursa pagi sebelum akhirnya kembali naik beberapa poin.
Baca juga: Rubel Mulai Ambruk Dihajar Dolar AS, Tembus Angka 100, Rusia Kebanyakan Impor Ketimbang Ekspor
Rubel melewati ambang psikologis 100 terhadap dolar di bursa keuangan Moskow pada Selasa pekan ini, tingkat yang sempat dicapai pada bulan Agustus.
Harga kembali naik pada pertengahan pekan, namun kembali melemah pada Kamis malam, tepat ketika Putin berbicara pada konferensi politik Valdai di resor Sochi di Laut Hitam.
“Kami telah mengatasi semua masalah yang muncul setelah penerapan sanksi terhadap kami dan kami telah memulai tahap pembangunan baru,” kata Putin.
Baca juga: Gestur dan Omongan Terbaru Vladimir Putin Jadi Sorotan, Sudah Linglung atau Lagi Banyak Pikiran?
“Situasi keseluruhan stabil,” tambahnya.
Negara-negara Barat memberlakukan serangkaian sanksi terhadap Rusia dan banyak perusahaan asing meninggalkan negara mereka setelah serangan Moskow di Ukraina pada Februari 2022.
Negara ini juga menghadapi inflasi yang tinggi, kekurangan tenaga kerja, jatuhnya harga minyak dan brain drain.
Bank Sentral Rusia memperkirakan pertumbuhan ekonomi akan melambat pada paruh kedua tahun ini.
(oln/tmt/*)