TRIBUNNEWS.COM - Mantan Presiden Rusia, Dmitry Medvedev, menyatakan kebijakan luar negeri Amerika Serikat (AS) patut disalahkan atas eskalasi militer terbaru antara Israel dan Hamas Palestina.
Ia mengatakan AS seharusnya menyalurkan energinya untuk memastikan perdamaian abadi di Timur Tengah namun memilih fokus pada Ukraina.
Mantan Presiden Rusia itu mengomentari eskalasi militer Israel dan Hamas Palestina yang dimulai pada Sabtu (7/10/2023) dengan serangan Hamas ke Israel.
Menurutnya, kejadian ini tidak dapat diprediksi.
“Inilah yang seharusnya ditangani oleh Washington dan sekutunya,” jelasnya di saluran Telegram-nya, Minggu (8/10/2023).
Dmitry Medvedev menambahkan konflik Israel-Palestina telah berlangsung selama beberapa dekade dan AS menjadi pemain kunci di sana.
"Alih-alih melakukan hal itu, orang-orang bodoh ini malah terlibat di wilayah kita dan secara aktif membantu neo-Nazi, mengadu domba dua orang dekat satu sama lain,” lanjutnya.
Baca juga: Israel Balas Serangan Hizbullah di Lebanon setelah Dukung Hamas Palestina
Medvedev mengatakan AS telah memicu berbagai konflik di seluruh dunia, yang bukan wilayah AS.
Ia menyimpulkan, sepertinya hasrat AS tersebut akan padam jika terjadi perang saudara di wilayah AS sendiri.
Eskalasi Militer Israel vs Hamas Palestina
Baca juga: Kerusakan di Gaza akibat Serangan Balasan Israel: Menara 14 Lantai Kini Rata dengan Tanah
Pada Sabtu (7/10/2023) pagi, Hamas Palestina melancarkan serangan besar-besaran terhadap Israel, menembakkan ribuan rudal dan menembus pagar perbatasan.
Hamas Palestina berhasil menguasai beberapa kota Israel yang berbatasan dengan daerah Jalur Gaza.
Setidaknya 600 warga Israel tewas , termasuk 44 tentara, dan lebih dari 2.000 orang terluka, media Israel melaporkan.
Di pihak Palestina, setidaknya 313 warga Palestina tewas, termasuk 20 anak-anak, dan hampir 2.000 orang terluka akibat serangan udara di Gaza sejak Sabtu (7/10/2023), dikutip dari The Guardian.
Baca juga: Panik, Tentara Israel Siapkan Evakuasi Pemukim Yahudi di Dekat Gaza
Dalam pidatonya, Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu mengatakan negaranya sedang berperang.