TRIBUNNEWS.COM - Israel memerintahkan 1,1 juta warga sipil di Gaza utara untuk pindah ke selatan dalam waktu 24 jam.
Perintah Israel agar lebih dari 1 juta warga sipil di Gaza utara pindah dalam waktu 24 jam.
Juru bicara Dewan Keamanan Nasional Gedung Putih, John Kirby mengatakan perintah Israel tersebut adalah perintah yang sulit.
“Banyak sekali orang yang pindah dalam waktu yang sangat singkat,” kata Kirby dalam sebuah wawancara, dikutip dari Reuters.
“Kami memahami apa yang mereka coba lakukan dan mengapa mereka mencoba melakukan ini untuk berusaha menjauhkan warga sipil dari bahaya,” tambahnya.
Namun saat ini itu merupakan perintah yang sulit.
Baca juga: Vladimir Putin: Akui Negara Palestina dan Beri Ibu Kota, Baru Israel Bisa Damai
Pasalnya, warga sipil yang tinggal di Gaza mencapai 1 juta orang.
"Sekarang ini adalah hal yang sulit. Jumlah penduduknya mencapai satu juta orang, dan ini merupakan lingkungan perkotaan yang padat"," katanya, dikutip dari Barrons.
Menurutnya, langkah yang dilakukan untuk evakuasi tidak dapat dilakukan dalam waktu yang singkat.
"Ini sudah menjadi zona pertempuran. Jadi saya rasa tidak ada orang yang meremehkan tantangan di sini dalam melakukan evakuasi," tambanya.
Kirby mengatakan saat ini para pejabat AS bekerja sama dengan Israel dan Mesir.
Kerja sama tersebut untuk menyelamatkan warga sipil yang tinggal di Gaza.
“Jelas kami tidak ingin ada warga sipil yang terluka,” katanya.
"Orang-orang Palestina ini, mereka juga adalah korban. Mereka tidak meminta hal ini. Mereka tidak mengundang Hamas," terangnya.
Baca juga: Israel Desak Warga di Gaza Pindah, WHO Sebut Sulit Evakuasi Pasien di RS dalam Waktu 24 Jam
Perintah Israel kepada Warga Sipil di Gaza untuk Pindah
Tentara Israel telah memerintahkan evakuasi seluruh warga sipil yang tinggal di Kota Gaza dan di utara Jalur Gaza menjelang serangan darat yang dikhawatirkan terjadi di daerah kantong yang terkepung tersebut.
Dikutip dari Aljazeera, perintah tersebut dikeluarkan pada hari Jumat menyusul apa yang dikatakan PBB sebagai peringatan yang mereka terima dari Israel untuk mengevakuasi 1,1 juta orang yang tinggal di utara Gaza dalam waktu 24 jam.
Perintah tersebut dikeluarkan pada hari ketujuh perang.
Israel juga mengumumkan telah melakukan blokade total menyusul enyusul serangan Hamas dan serangan mematikan yang belum pernah terjadi sebelumnya.
WHO Sebut Sulit Evakuasi Pasien di RS dalam 24 Jam
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan perintah evakuasi Israel ke Gaza sama dengan mengancam nyawa bagi pasien rumah sakit yang rentan.
Menurut juru bicara WHO, Tarik Jasarevic, otoritas kesehatan di Gaza telah menyarakan tidak mungkin mengevakuasi pasien rumah sakit yang rentan dalam waktu 24 jam seperti yang diperintahkan oleh militer Israel.
Pasalnya, di dalam rumah sakit terdapat orang-orang yang mengalami sakit parah yang harus menggunakan alat bantu.
“Ada orang-orang yang sakit parah dan cederanya berarti satu-satunya peluang mereka untuk bertahan hidup adalah dengan menggunakan alat bantu hidup, seperti ventilator mekanis,” kata Jasarevic pada hari Kamis, dikutip dari AlJazeera.
Tarik Jasarevic mengatakan memindahkan mereka seperti 'hukuman mati'.
“Jadi memindahkan orang-orang itu adalah hukuman mati. Meminta petugas kesehatan untuk melakukan hal tersebut adalah tindakan yang sangat kejam.”
(Tribunnews.com/Farrah Putri)
Artikel Lain Tekait Konflik Palestina vs Israel