TRIBUNNEWS.COM - Kementerian Luar Negeri Israel mengevakuasi staf kedutaan besar Israel di Rabat, Maroko dan Kairo, Mesir pada Rabu (18/10/2023).
Evakuasi ini menyusul demonstrasi pro-Palestina yang semakin meluas sejak dimulainya eskalasi Hamas Palestina dan Israel.
Demonstrasi diadakan di depan kedutaan Israel di Mesir, Maroko, dan negara lain di seluruh dunia.
Sebelumnya, Israel juga mengevakuasi staf kedutaannya dari Amman, Yordania pada Minggu (8/10/2023), sehari setelah dimulainya ketegangan antara Hamas dan Israel.
Pada Rabu (18/10/2023), polisi Yordania mengatakan beberapa petugas anti huru hara terluka ketika menenangkan 5.000 demonstran di dekat kedutaan Israel, dilaporkan oleh Arab News.
Pasukan keamanan memblokir jalan menuju kedutaan namun jumlah demonstrasi tampaknya akan meningkat di tengah gelombang kemarahan di Yordania, yang merupakan rumah bagi banyak pengungsi Palestina.
Baca juga: Menteri Suharso: Perang Israel-Palestina Secara Ekonomi Itu Mengguncangkan
Protes semakin memanas setelah pemboman Rumah Sakit Al-Ahli di Jalur Gaza yang mengakibatkan kematian sedikitnya 471 orang dan 314 lainnya terluka.
Demonstrasi untuk mendukung Palestina juga terjadi di Tunisia, Libya, Lebanon, Jerman, Irak, Türkiye, Yordania, Iran, Suriah, Kuwait, dan negara-negara lain setelah serangan tersebut.
Di Turki, demonstran menyerbu konsulat Israel di Istanbul setelah ledakan mematikan di rumah sakit di Gaza pada Selasa (17/10/2023), dikutip dari i24News.
Lebih dari 60 orang, sebagian besar polisi, terluka setelah sekelompok orang menyerang gedung konsulat dengan batu, tongkat, dan kembang api, kata Kantor Gubernur Istanbul.
Lima pengunjuk rasa ditahan setelah mereka memanjat barikade polisi.
Baca juga: Saat Jokowi Tanggapi Konflik Hamas-Israel: Indonesia Tidak akan Tinggal Diam
Menanggapi gelombang demo di berbagai negara, otoritas Israel telah meningkatkan langkah-langkah keamanan di kedutaannya di seluruh dunia.
Demonstrasi yang berlangsung di Tunis, Tunisia, menuduh Israel menyebabkan kematian beberapa ratus orang dengan menembakkan roket ke rumah sakit di Gaza.
Sementara itu, serangan tersebut juga menjadi penyebab protes besar di Misrata dan seluruh kota besar di Libya pada Selasa (17/10/2023).
Demonstran: Negara-negara Arab Hanya Diam
Baca juga: Makin Kejam, Israel Ancam Tangkap Pemrotes dan Masukkan ke Lokasi yang Telah Dibombardir di Gaza
Para pengunjuk rasa menuduh pemimpin dari negara-negara Arab tidak melakukan apa pun untuk membantu rakyat Palestina.
Mereka menyerukan pengusiran duta besar dari negara-negara Barat yang diduga mendukung agresi Israel terhadap rakyat Palestina.
Para pengunjuk rasa menuntut agar pipa Greenstream tidak digunakan untuk memasok minyak dan gas dari Libya ke Eropa.
Menurut tentara Israel dan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu, rumah sakit tersebut terkena serangan roket yang diluncurkan oleh kelompok Jihad Islam Palestina (PIJ) yang keluar dari jalurnya.
Namun, PIJ mengatakan staf rumah sakit menyatakan adanya pemberitahuan dari Israel sebelum menyerang rumah sakit itu.
Hamas Palestina vs Israel
Ketegangan antara Hamas Palestina dan Israel terjadi setelah Hamas meluncurkan serangan ke wilayah Israel melalui perbatasan Jalur Gaza pada Sabtu (7/10/2023) pagi.
Hamas meluncurkan ribuan roket, menerobos perbatasan, menculik dan membunuh warga Israel.
Serangan itu, menurut Hamas, adalah tanggapan atas tindakan otoritas Israel terhadap Masjid Al-Aqsa di Bukit Bait Suci Yerusalem.
Israel membalas serangan Hamas dengan membombardir Gaza, seperti diberitakan BBC Internasional.
Pada hari berikutnya, PM Israel Benjamin Netanyahu, mendeklarasikan perang terhadap Hamas dan akan menghancurkan sistemnya di Gaza.
Lebih dari 3.000 orang Palestina tewas dalam serangan Israel, termasuk 471 orang dan 314 lainnya terluka akibat pemboman di rumah sakit di Gaza.
Sedangkan di pihak Israel, korban jiwa mencapai lebih dari 1.400 orang.
(Tribunnews.com/Yunita Rahmayanti)
Berita lain terkait Konflik Palestina vs Israel