TRIBUNNEWS.COM - Israel menyebut dronenya menyerang pejuang Hizbullah di Lebanon, Sabtu (21/10/2023).
Serangan Israel itu setelah seorang tentaranya terkena rudal anti-tank, dalam pertempuran lintas batas yang disebut menewaskan enam orang.
Militer Israel melakukan baku tembak dengan Hizbullah di empat wilayah berbeda di sepanjang perbatasan Lebanon.
Wilayah perbatasan itu mengalami kekerasan terburuk selama bertahun-tahun, ketika Israel melancarkan perang melawan militan Hamas di Gaza.
Dilansir Reuters, militer Israel mengungkapkan tujuh tentaranya tewas sejak 7 Oktober 2023 lalu.
Sementara, Hizbullah mengatakan 19 pejuangnya tewas, termasuk enam orang pada hari Sabtu.
Baca juga: AS Gagal Cegah Israel Serang Hizbullah, IDF Klaim Hancurkan Peluncur Rudal di Lebanon
Sumber keamanan di Lebanon mengatakan, seorang pejuang Hizbullah tewas di daerah Hula, Lebanon, di seberang komunitas Israel di Margaliot, yang menurut Israel adalah sasaran serangan rudal anti-tank.
Tentara Israel pun mengakui pihaknya membalas serangan tersebut.
Kemudian, Hizbullah yang mengaku melakukan serangan terhadap militer Israel pada hari Sabtu, mengatakan lima anggota lainnya tewas.
Hizbullah Klaim Sudah di Jantung Pertempuran
Seorang pejabat tinggi Hizbullah bersumpah, Israel akan menanggung akibatnya setiap kali mereka memulai serangan darat di Jalur Gaza.
Hizbullah mengatakan kelompok militannya yang berbasis di Lebanon sudah berada 'di jantung pertempuran' pada hari Sabtu.
Komentar wakil pemimpin Hizbullah, Sheikh Naim Kassem, itu muncul ketika Israel melancarkan serangan drone di Lebanon selatan dan Hizbullah menembakkan roket dan rudal ke Israel.
Baca juga: Israel Hadapi 2 Front Pertempuran, Gallant: Hizbullah Gabung Perang, 10 Kali Lebih Kuat dari Hamas
Bagi Hizbullah, memanaskan perbatasan Lebanon-Israel memiliki tujuan yang jelas.
“Kami mencoba melemahkan musuh Israel dan memberi tahu mereka bahwa kami siap," kata Kassem, Minggu (22/10/2023), dikutip dari ABC News.
Sementara itu, para pejabat Hamas mengatakan, jika Israel memulai serangan darat di Gaza, Hizbullah akan bergabung dalam pertempuran tersebut.
Diketahui, baku tembak di sepanjang perbatasan Lebanon-Israel meningkat dalam dua minggu sejak serangan Hamas yang menewaskan lebih dari 1.400 warga sipil dan tentara di Israel selatan.
Sedangkan, serangan balasan Israel di Gaza telah menewaskan lebih dari 4.000 warga Palestina.
Baca juga: Hizbullah Merangsek dari Lebanon, Israel Mulai Evakuasi Permukiman di Perbatasan Utara
Ada kekhawatiran bahwa Hizbullah yang didukung Iran, yang memiliki persenjataan yang terdiri dari puluhan ribu roket dan rudal serta berbagai jenis drone, mungkin mencoba membuka front baru dalam perang Israel-Hamas dengan serangan skala besar di Israel utara.
Kassem mengatakan, kelompoknya yang bersekutu dengan Hamas, telah mempengaruhi jalannya konflik dengan memanaskan perbatasan Lebanon-Israel dan mengikat tiga divisi tentara Israel di utara alih-alih bersiap berperang di Gaza.
“Apakah Anda percaya bahwa jika Anda mencoba untuk menghancurkan perlawanan Palestina, pejuang perlawanan lainnya di kawasan ini tidak akan bertindak?” katanya.
“Kami berada di jantung pertempuran hari ini."
"Kami meraih prestasi melalui pertempuran ini," jelas Kassem.
Baca juga: Pangkalan Militer AS di Suriah Dihajar Serangan Udara, Kataib Hizbullah Klaim Gabung Perang Israel
Di sisi lain, serangan Hizbullah disebut dirancang untuk menjaga militer Israel tetap menduduki wilayah tersebut tanpa memicu perang besar.
Israel mengatakan mereka tidak tertarik melancarkan perang dan mengatakan jika Hizbullah ditahan maka mereka akan mempertahankan status quo.
Namun, meningkatnya ketegangan telah menimbulkan kekhawatiran di wilayah tersebut dan sekitarnya mengenai risiko konflik yang lebih luas, ketika Israel sedang mempersiapkan serangan darat ke Gaza.
(Tribunnews.com/Nuryanti)