TRIBUNNEWS.COM -- Israel kembali sasar sebuah masjid sebagai obyek penyerangan udara.
Pada penerbuan di masjid Al Ansar di Tepi Barat tersebut setidaknya dua orang tewas dan tiga lainnya mengalami luka-luka pada Minggu (22/10/2023).
Sementara Israel mengklaim serangan tersebut dilakukan karena Masjid Al Ansar digunakan sebagai markas Hamas dan Jihad Islam Palestina.
Baca juga: Hamas Lepas Sandera Warga Negara AS, Bantuan Kemanusiaan Mulai Mengalir ke Gaza Melalui Mesir
Masjid tersebut kata militer Yahudi menjadi gedung pusat komando Hamas.
Pejabat militer Israel mengatakan “operasi teror” sedang mengorganisir serangan “dalam waktu dekat” dan telah terlibat dalam beberapa serangan dalam beberapa bulan terakhir.
Rekaman di media sosial menunjukkan kerusakan parah pada masjid yang terletak di kamp pengungsi Jenin, dan petugas medis bergegas ke lokasi kejadian.
Kementerian Kesehatan Palestina mengatakan dua pria tewas dalam serangan itu.
Mahmoud al-Saadi, direktur Bulan Sabit Merah di Jenin, sebelumnya mengatakan satu orang tewas dan tiga lainnya terluka dalam serangan itu, kantor berita Palestina Wafa melaporkan.
Sara Khairat Saud dari Al Jazeera, yang berada di Tepi Barat yang diduduki, mengatakan serangan di Jenin mengejutkan warga karena relatif tidak biasa bagi Israel untuk melakukan serangan udara di wilayah tersebut.
“Saksi…mengatakan mereka melihat jet tempur F di langit. Mereka mendengarnya dan kemudian tentara Israel keluar untuk memastikan bahwa itu adalah serangan udara,” kata Khairat dari Ramallah.
Baca juga: Rusia Kirim 27 Ton Bantuan Kemanusiaan ke Gaza, AS: Awas Saja Kalau Ada yang Jatuh ke Tangan Hamas
Setelah serangan tersebut, beberapa warga menerima pesan teks di ponsel mereka yang memperingatkan mereka agar tidak berkolaborasi dengan Brigade Jenin, salah satu kelompok terbesar dan terpopuler di Tepi Barat. Pesan-pesan tersebut menyarankan warga untuk membiarkan anak-anak tetap berada di dalam rumah.
Kamp pengungsi Jenin, yang dihuni oleh keturunan warga Palestina yang tanahnya dirampas selama berdirinya Israel pada tahun 1948, merupakan fokus serangan militer besar Israel pada bulan Juli yang menewaskan sedikitnya 14 warga Palestina.
Dalam serangan terpisah, pasukan Israel membunuh lima warga Palestina di Tepi Barat yang diduduki semalam. Hal ini menjadikan jumlah total kematian sejak 7 Oktober menjadi 90, menurut Kementerian Kesehatan Palestina.
Pembunuhan tersebut terjadi di Qabatiya, Tammun, dan Nablus, kata Wafa, seraya menambahkan bahwa tiga di antaranya ditembak oleh pasukan Israel.