Untuk menyelamatkan pernikahannya, ia memutuskan untuk mengemasi tasnya dan tanpa ragu pindah ke rumah ayah mertuanya.
Namun, keadaan tidak menjadi lebih baik.
Malam itu, DGM baru saja selesai mandi dan mendapati kenyataan kalau istrinya kabur.
Ibu mertuanya dengan putus asa mengatakan kepadanya, "pada siang hari dia tinggal di rumah ini, pada malam hari dia tinggal bersama bibi dan pamannya".
DGM sangat marah, wajahnya pucat serta gelisah sepanjang malam dan tidak bisa tidur.
Tetap Berusaha Menyelamatkan Rumah Tangga
Setahun lebih berlalu, TL masih belum berniat kembali ke suaminya.
Meski sangat marah dan terluka, sang suami tetap tidak menyerah untuk berusaha menyelamatkan pernikahannya.
Setiap hari raya, ia mengirimkan uang kepada istrinya dengan harapan bisa mempererat hubungan mereka.
Wanita tersebut pun dengan senang hati menerima amplop merah dari suaminya, meski demikian ia sama sekali tidak berniat untuk kembali ke DGM.
Rumah tangganya pun mulai menjadi pembicaraan tetangga, DGM digosipkan dan dituding pasti telah melakukan sesuatu yang tidak bermoral terhadap istrinya.
Menghadapi kritik dan tuduhan tetangganya, DGM merasa sangat menderita dan semakin memendam amarah dan rasa sakit di hatinya.
Diambang Perceraian
Suatu waktu, DGM mengetahui kalau istrinya telah menggunakan kredit sebesar 100.000 USD (Rp 1,5 miliar) untuk membeli mobil dan mendaftarkannya atas nama ayah mertuanya.
Pria tersebut tidak bisa lagi menyembunyikan kemarahannya dan mengatakan kepada wartawan, "ini adalah pernikahan palsu! Kebohongan yang mencolok".
Ia memutuskan untuk tidak mencari istrinya lagi, malah memilih mengajukan gugatan cerai ke pengadilan.