News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Konflik Palestina Vs Israel

Pacar Lelakinya Menangis Gegara Hamas Menyerang, Tentara Gay Israel Mau Pasang Bendera LGBT di Tank

Penulis: Hasiolan Eko P Gultom
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Seorang tentara gay Israel, Yoav Atzmoni membentangkan bendera LGBTQ+ flag di depan dua tank Israel.

Pacar Lelakinya Menangis Gegara Serangan Hamas, Tentara Gay Israel Mau Pasang Bendera LGBT di Tank

TRIBUNNEWS.COM - Seorang tentara gay Israel mengatakan dia berencana untuk mengibarkan bendera LGBTQ+ di tanknya saat dia berperang melawan Hamas.

Dilansir BI, tentara itu mengaku akan tetap melakukan itu meskipun aksinya berpotensi menjadikan dia dan pasukan di tanknya menjadi target paling duluan dari serangan pejuang Hamas.

Yoav Atzmoni (31), dipanggil bertugas di Pasukan Pertahanan Israel (IDF) setelah militan Hamas menyerbu Israel pada 7 Oktober 2023 silam.

Baca juga: Hizbullah Mengganas di Perbatasan Selatan Lebanon: 40 Tentara Israel Tewas, 12 Tank Merkava Hancur

Serangan Hamas yang mengejutkan itu menewaskan lebih dari 1.400 warga Israel dan melukai lebih dari 5.400 orang, menurut para pejabat Israel.

Adapun serangan balasan Israel di Gaza menewaskan lebih dari 6.000 orang dan melukai lebih dari 15.000 orang, menurut para pejabat Palestina.

Dilansir BI, Atzmoni mengatakan niatnya itu didasari kekhawatiran kalau jika Hamas menang maka bisa memberangus kemajuan hak-hak kaum LGBTQ + di Israel selama beberapa dekade terakhir.

"Saya tidak akan membiarkan mereka membawa saya kembali ke dalam kloset," katanya.

Pacar Lelakinya Menangis Masuk Wamil Gegara Hamas Menyerang

Atzmoni teringat dia dan pacar laki-lakinya, Nadav Yitzhaki, terbangun karena suara sirene di apartemen mereka di Yerusalem.

Ketika Atzmoni mengetahui militan Hamas mulai menyerang Israel selatan, dia terkejut karena mereka berhasil menembus Tembok Besi yang pembangunannya menghabiskan 1 miliar dolar AS.

Tembok besi itu dijaga ketat dan memisahkan Gaza dari Israel.

“Perbatasan antara Gaza dan Israel seharusnya kuat dan tidak mungkin dilewati,” katanya.

Setelah menjalani wajib militer satu dekade lalu, Atzmoni tahu kalau hanya masalah waktu sebelum komandan IDF memanggilnya dan mengirimnya ke garis depan.

Begitu pula pacarnya, yang mulai menangis karena harus masuk militer gegara serangan Hamas.

“Itu sangat menakutkan karena kami tidak terbiasa melihat mereka (pejuang Hamas) di Israel,” katanya.

Atzmoni bertugas di militer negaranya selama tiga tahun, antara 2010 dan 2013, sebagai bagian dari wajib militer Israel.

Saat itu, dia secara spontan mengungkapkan kepada rekan-rekannya. Mereka mendukungnya.

Seorang tentara gay Israel, Yoav Atzmoni membentangkan bendera LGBTQ+ flag di depan dua tank Israel.

Tentara Israel Pelindung LGBTQ +

Azmotovi mengatakan dia yakin IDF adalah pelindung demokrasi Israel dan hak-hak LGBTQ+, dan bendera tersebut mewakili hal tersebut.

Di Gaza, aktivitas seksual sesama jenis adalah kejahatan sangat berat.

Hubungan sesama jenis antara laki-laki dilarang di Gaza dan dapat dihukum hingga 10 tahun penjara berdasarkan Pasal 152(2) Ordonansi KUHP Mandat Inggris tahun 1936, yang masih berlaku di Gaza, menurut Human Dignity Trust.

Tetapi di Israel, kaum LGBTQ+ justru membuat kemajuan dalam hak dan perlindungan selama enam dekade terakhir.

Hal itu termasuk mengakui pernikahan sesama jenis yang dilakukan di luar negeri pada tahun 2006 dan mengadopsi anak melalui ibu pengganti pada tahun 2020.

Kementerian Pertahanan Israel baru-baru ini secara resmi mengakui hak pasangan sesama jenis atas manfaat yang sama seperti keluarga tentara IDF lainnya yang tewas, menurut The Times of Israel.

"Namun hal tersebut dicapai dengan susah payah," menurut Azmotovi.

"Perdana Menteri Israel Benyamin Netanyahu menghabiskan lima tahun terakhir mencoba untuk mempertahankan kekuasaan, berbohong kepada mitra moderatnya, dan akhirnya membentuk koalisi paling sayap kanan dalam sejarah Israel tahun lalu, katanya.

Dalam prosesnya, katanya, Netanyahu membiarkan partai-partai ultra-religius berkuasa dan mengoyak tatanan masyarakat, sehingga mengadu domba kelompok minoritas dan warga Israel.

“Kami merasa sangat cemas karena sekarang, lebih dari sekedar minoritas gender, kami adalah minoritas politik,” katanya, merujuk pada kritik dari para menteri.

Di Israel, suara publik terbelah soal kaum LGBTQ + ini.

Yitzhak Pindrus, anggota Partai Yudaisme Torah Bersatu (UTJ) yang ortodoks dan konservatif, mengatakan komunitas LGBTQ+ "lebih berbahaya daripada Hamas dan Hizbullah," menurut surat kabar Israel Haartez.

Jika Atzmoni mendapat kesempatan masuk ke Gaza, dia mengatakan ingin membawa bendera LGBTQ+ ke Palestina.

“Saya ingat sewaktu kecil betapa pentingnya bendera itu bagi saya,” katanya.

Ke depan, Atzmoni berharap Israel dapat bangkit dari “kejutan” perang dan bersatu setelah lima tahun kebijakan dan retorika yang memecah belah terkait kaumnya, LGBTQ+.

Dia mengatakan dia ingin mempertahankan demokrasi di negaranya dan mengabadikan apa yang dilakukan kakek-neneknya ketika mereka selamat dari Holocaust dan membangun Mosha, sebuah pemukiman pertanian kooperatif, tempat dia tinggal saat masih kecil.

“Itulah cerita yang mereka pilih untuk saya, dan itulah cerita yang ingin saya ceritakan kepada anak-anak saya ketika mereka besar nanti,” katanya.

Dia menambahkan: “Saya ingin anak-anak saya tinggal di sini – bukan di Eropa – dan mewariskan warisan itu kepada mereka.”

(oln/BI/Thibault Spirlet/*)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini