TRIBUNNEWS.COM - Presiden Ukraina, Volodymyr Zelensky, merasa dikhianati oleh sekutunya termasuk Amerika Serikat (AS) dan Barat, yang tidak memberikan dukungan dan perhatian seperti biasanya.
Dalam sebuah wawancara dengan TIME, Zelensky menyampaikan apa yang terjadi selama kunjungannya di Gedung Putih, Washington, AS, pada 21 September 2023.
Zelensky terlihat lesu saat berpidato pada sore hari itu.
Presiden Ukraina itu beralasan, ia kelelahan karena tuntutan sebagai pemimpin selama perang dan kebutuhan terus menerus untuk meyakinkan sekutunya, Ukraina bisa menang melawan Rusia.
“Tidak ada yang percaya pada kemenangan kami seperti saya. Tidak ada siapa-siapa,” kata Zelensky kepada TIME yang rilis Senin (30/10/2023).
Zelensky mengungkapkan, upaya meyakinkan sekutunya akan kemenangan Ukraina sangat menguras energi.
“Itu mengambil semua kekuatan Anda, energi Anda. Kamu mengerti? Dibutuhkan banyak hal,” kata Zelensky.
Baca juga: Putin Tuduh Ukraina Dalangi Kerusuhan Warga Anti-Israel di Dagestan
Zelensky Khawatir Dunia Terbiasa dengan Perang Rusia-Ukraina
Perang Ukraina melawan Rusia sudah hampir memasuki tahun kedua dan Rusia masih menguasai setidaknya lima wilayah Ukraina.
Zelensky khawatir dunia akan terbiasa dengan perang Rusia-Ukraina di tengah menurunnya dukungan kepada negaranya.
“Hal yang paling menakutkan adalah sebagian dunia sudah terbiasa dengan perang di Ukraina,” kata Zelensky.
Menurutnya, perang Rusia-Ukraina mungkin akan terasa seperti film yang membosankan ketika pendukung Ukraina mulai lelah memberikan dukungan.
“Kelelahan akibat perang bergulung seperti gelombang. Anda melihatnya di Amerika Serikat, di Eropa."
"Dan kita melihat begitu mereka mulai merasa sedikit lelah, hal itu menjadi seperti sebuah pertunjukan bagi mereka: 'Saya tidak bisa menonton tayangan ulang ini untuk yang ke-10 kalinya.'” katanya.
Dukungan AS dan Barat Menurun
Baca juga: Update Perang Rusia-Ukraina Hari ke-615: Gedung Putih Tanggapi Rencana DPR untuk Dana Bantuan Israel
Selain itu, dukungan masyarakat Amerika Serikat kepada Ukraina menurun dari 65 persen pada Juni 2023 menjadi 41 persen pada September 2023.
Setelah Ukraina memulai serangan balasan kepada Rusia pada Juni 2023, Ukraina mengalami kerugian yang besar dengan sedikit kemajuan di medan perang.
Hal ini semakin sulit bagi Zelensky untuk meyakinkan sekutunya tentang kemenangan Ukraina sudah dekat.
Terlebih, dengan pecahnya perang Hamas Palestina dan Israel di Timur Tengah, mengalihkan perhatian dunia terhadap Ukraina, seperti diberitakan Ruetir.
Zelensky: Kami Tidak akan Menyerah
Baca juga: Ukraina Luncurkan Dua Rudal ATACMS AS Serang Sistem Pertahanan Udara Rusia di Krimea
Seorang pejabat Ukraina yang dekat dengan lingkaran Presiden Ukraina juga mengungkapkan kekecewaan Zelensky setelah pulang dari AS pada September lalu.
"Sekarang dia (Zelensky) masuk, mendapat kabar terbaru, memberi perintah dan keluar," katanya, menceritakan perubahan sikap Zelensky yang terlihat lesu setelah mengunjungi AS.
Menurut sejumlah pejabat Ukraina, sekutu Barat meninggalkan mereka tanpa sarana untuk memenangkan perang.
Sementara itu, Zelensky tidak ingin menyerah, ia menentang gencatan senjata sementara dan menolak negosiasi dengan Rusia.
“Bagi kami, hal ini berarti membiarkan luka ini terbuka untuk generasi mendatang,” kata Zelensky, menolak menyerahkan wilayah Ukraina pada Rusia.
"Sebagian besar warga Ukraina akan menolak langkah tersebut, terutama jika tindakan tersebut mengakibatkan hilangnya wilayah yang diduduki," lanjutnya.
Menurutnya, hal itu mungkin akan memuaskan pihak-pihak yang ingin menyelesaikan perang secepatnya.
"Namun, bagi saya itu adalah sebuah masalah karena kami hanya menunda ledakannya," katanya, memprediksi perang yang lebih besar jika Ukraina menyerah saat ini.
Di sisi lain, Zelensky khawatir pertempuran akan meluas ke luar perbatasan Ukraina dan menyebabkan Perang Dunia III.
Sehingga, ia menyerukan bantuan militer dari sekutunya untuk menghentikan perang sebelum meluas dan terlambat.
(Tribunnews.com/Yunita Rahmayanti)