“Dalam protes di seluruh dunia, di koridor Perserikatan Bangsa-Bangsa dan di media sosial, ada satu kata yang semakin nyaring: genosida,” tulis surat kabar tersebut.
Oleh karena itu, ulas koran tersebut, upaya Israel untuk memulihkan citranya setelah serangan Hamas dengan membom warga sipil di Gaza dapat menjadi ujian terhadap pengaruh kuat Israel terhadap kebijakan luar negeri AS, termasuk melalui pengaruhnya di Kongres.
Donatur Israel di Kongres AS
Sehari sebelum wawancara Barak, Washington Post menyoroti peran lobi Israel di Kongres.
“Tidak ada isu di Capitol Hill yang mempersatukan Partai Republik dan Demokrat seperti yang dilakukan Israel, kata anggota kedua partai. Dan aula gedung kantor kongres – yang dipenuhi tanda dan bendera ‘Saya berdiri bersama Israel’ – merupakan bukti sentimen pemersatu tersebut,” lapor Washington Post.
Hal ini merupakan “refleksi dari pengaruh lobi yang kuat selama puluhan tahun, dan ketidakseimbangan keterpaparan sebagai anggota parlemen.”
Stephen Walt, seorang profesor hubungan internasional dan kebijakan luar negeri di Harvard Kennedy School, mengatakan kepada surat kabar tersebut, meskipun lobi Israel telah aktif dan berpengaruh selama beberapa dekade, “tidak ada yang sebanding” di pihak Palestina.
Kelompok pelobi dan individu pro-Israel menyumbangkan hampir 31 juta dolar AS kepada kandidat kongres Amerika selama siklus pemilu tahun lalu.
Kelompok lobi Israel yang paling terkemuka, situs American-Israel Public Affairs Committee (AIPAC) mengatakan kalau 98 persen kandidat yang didukungnya memenangkan pemilu, dan hal ini “membantu mengalahkan” 13 kandidat “yang akan merusak hubungan AS-Israel. ”
Politisi dan pelobi Israel sendiri membanggakan kemampuannya dalam mengontrol dan memanipulasi pemerintah AS.
Pada tahun 2001, Benjamin Netanyahu, yang kini menjalani masa jabatan keenam sebagai perdana menteri Israel, secara pribadi berkata, "Saya tahu apa itu Amerika. Amerika adalah sesuatu yang dapat Anda gerakkan dengan sangat mudah, gerakkan ke arah yang benar,” sehubungan dengan upayanya untuk menyabotase Perjanjian Oslo.
Dalam film dokumenter Al-Jazeera yang dibuat pada tahun 2016, para pemimpin lobi pro-Israel berbicara secara terbuka tentang bagaimana mereka menggunakan uang untuk mempengaruhi proses politik, “dengan cara yang sangat blak-blakan sehingga jika komentar tersebut dibuat oleh para kritikus, mereka akan dituduh melakukan tindakan yang tidak pantas seperti misalnya anti-Semitisme,” The Intercept melaporkan.
(oln/pltc/wp/aljzr/*)