TRIBUNNEWS.COM - Menteri Hak-hak Sosial Spanyol, Ione Belarra meminta komunitas internasional memberikan sanksi kepada Israel.
Ia mengatakan Israel melakukan genosida terencana terhadap warga Palestina di Gaza.
“Israel harus mengakhiri rencana genosida terhadap rakyat Palestina,” kata Ione Belarra dalam wawancara dengan Al Jazeera, Rabu (8/11/2023).
Ione Belarra juga mengecam para pemimpin dunia karena standar ganda dalam peristiwa ini, padahal mereka sebelumnya mengecam pelanggaran HAM di Ukraina.
“Mengapa kita bisa memberikan pelajaran tentang hak asasi manusia dalam konflik lain dan tidak di sini ketika dunia menyaksikannya dengan ketakutan? Kematian ribuan anak, para ibu-ibu berteriak putus asa karena menyaksikan pembunuhan anak-anaknya," lanjutnya.
“Ada keheningan yang memekakkan telinga di banyak negara dan begitu banyak pemimpin politik yang bisa melakukan sesuatu," tambahnya.
Baca juga: Militer Israel Pamer Robot Anjing Canggih, Diklaim Bisa Lacak Markas Bawah Tanah Hamas
Menurutnya organisasi yang negaranya ikuti, Uni Eropa, munafik dengan peristiwa ini.
"Saya berbicara tentang apa yang saya ketahui dengan baik, yaitu Uni Eropa. Tampaknya kemunafikan yang ditunjukkan oleh Komisi Eropa tidak dapat diterima,” tambahnya.
Menteri Spanyol Komentari Standar Ganda di Dunia
Komentar Ione Belarra menyoroti sikap Uni Eropa dalam invasi Rusia ke Ukraina yang berbeda ketika menyikapi apa yang terjadi di Gaza saat ini.
Uni Eropa dengan cepat memberikan sanksi kepada Presiden Rusia, Vladimir Putin, dan para pembantunya, segera setelah invasi dimulai pada 24 Februari 2022.
Ione Belarra menyarankan agar Uni Eropa meniru tindakan cepatnya dalam kasus Israel yang melakukan genosida di Gaza, menewaskan lebih dari 10.000 orang.
"Mereka bereaksi atas perang Ukraina," katanya.
"Kami kehilangan kesempatan. Saat ini, kita bisa melakukan banyak hal," katanya.
Serukan Sanksi terhadap Netanyahu dan Lingkar Politiknya
Baca juga: Tuduhan Israel Terbukti Salah, Lubang di RS Gaza Ini Hanya Saluran Air, Bukan Terowongan Hamas
Ione Belarra berharap dunia dapat menerapkan sanksi ekonomi terhadap Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, yang dia gambarkan sebagai penjahat perang dan lingkaran politiknya.
"Politisi yang bertanggung jawab untuk menekan tombol harus dibawa ke Pengadilan Kriminal Internasional dan diadili karena menyetujui kampanye pengeboman yang menargetkan penduduk sipil," katanya.
"Ini adalah pelanggaran hak asasi manusia yang mencolok," lanjutnya.
Ia menyarankan agar Spanyol dan negara lain memutuskan hubungan diplomatik dengan Israel.
"Saya pikir ini akan mengirimkan pesan politik yang tepat, yaitu kami tidak ingin ada hubungannya dengan penjahat perang seperti pemimpin ini," katanya.
"Kita harus bertindak dan kita harus lebih tegas meskipun faktanya Israel sangat kuat dan mempunyai teman-teman yang kuat," tambahnya.
Baca juga: Israel Memulai Perburuan di Gaza: Incar Komandan Hamas, Bunker Bawah Tanah dan Jaringan Komunikasi
Dalam wawancara itu, Ione Belarra juga membahas soal demonstrasi pro-Palestina yang dilarang di beberapa negara Eropa.
Ione Belarra mengecam pemerintah-pemerintah Eropa, tanpa menyebut nama mereka, karena mengkriminalisasi gerakan pro-Palestina.
"Pemerintah Spanyol mempertahankan posisi yang lebih bermartabat dibandingkan negara-negara lain di komunitas Eropa, yang mengkriminalisasi gerakan pro-Palestina dan melarang demonstrasi," kritiknya.
Ia menyarankan agar Spanyol, yang tidak melarang demo pro-Palestina, dapat berbuat lebih banyak.
Ignacio Molina, pakar kebijakan luar negeri di Universitas Otonom Madrid mengatakan Spanyol termasuk negara yang asing di Eropa karena posisinya terhadap Palestina.
Namun, ia menekankan pandangan Ione Belarra kontras dengan pemerintah, yang sikapnya lebih seimbang.
Meski demikian, Spanyol menghormati Sekretaris Jenderal PBB, Antonio Guterres, yang dikritik Israel atas pernyataannya bahwa serangan Hamas tidak terjadi dalam ruang hampa atau tanpa sebab.
Hamas Palestina vs Israel
Serangan besar-besaran Israel di Gaza adalah balasan untuk serangan terbaru Hamas di Israel pada Sabtu (7/10/2023) pagi dengan menerobos perbatasan Jalur Gaza.
Hamas mengatakan, serangan itu adalah tanggapan terhadap kekerasan yang dilakukan Israel terhadap Palestina selama ini, terutama kekerasan di kompleks Masjid Al Aqsa.
Hamas menculik kurang lebih 240 orang di Israel dan meluncurkan ratusan roket, yang menewaskan lebih dari 1.400 orang di wilayah Israel.
Benjamin Netanyahu menyatakan perang melawan Hamas pada Minggu (8/10/2023) dan mengerahkan pasukannya untuk memblokade Jalur Gaza.
Selain membombardir Jalur Gaza, Israel juga meluncurkan serangan udara, memutus aliran listrik, air, membatasi pengiriman bantuan dan memperluas serangan hingga ke Yerusalem dan Tepi Barat.
Serangan Israel di Jalur Gaza menewaskan lebih dari 10.328 warga Palestina sejak Sabtu (7/10/2023) hingga perhitungan korban pada Rabu (8/11/2023), seperti dilaporkan Al Arabiya.
(Tribunnews.com/Yunita Rahmayanti)
Berita lain terkait Konflik Palestina vs Israel