TRIBUNNEWS.COM - Rumah sakit terbesar di Gaza, Al-Shifa menjadi titik fokus perang selama 5 minggu terakhir.
RS Al-Shifa yang dikepung pasukan Israel saat ini menyebabkan ratusan pasien dan ribuan pengungsi terjebak.
Pada hari Minggu, para saksi di rumah sakit mengatakan kepada AFP, pertempuran dengan kekerasan terjadi sepanjang malam.
Terdengar suara tembakan dan pengeboman yang bergema di seluruh ruangan RS Al-Shifa.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dan badan-badan PBB lainnya mengatakan saat ini terdaoat 3.000 pasien dan staf berlindung di RS Al-Shifa.
Mereka juga kehabisan bahan bakar, air dan makanan untuk kebutuhan sehari-hari.
Baca juga: Genset Mati, Israel Terus Kepung RS Al-Shifa: 15 Ribu Pengungsi Gaza Mati Pelan-pelan
Setelah listrik padam, Dokter di RS Al-Shifa mengatakan 2 bayi prematur meninggal dan seorang pria meninggal karena ventilatornya dimatikan.
Direktur WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus mengatakan saat ini kedua RS terbesar di Gaza, RS Al-Shifa dan RS Al-Quds sudah tidak beroperasional.
“Sayangnya, rumah sakit tersebut tidak lagi berfungsi sebagai rumah sakit,” kata Tedros Adhanom Ghebreyesus, dikutip dari Al Arabiya.
Ia mengatakan listrik RS Al-Shifa saat ini telah padam selama 3 hari.
“Sudah tiga hari tanpa listrik, tanpa air,” katanya.
Baca juga: Stok Bahan Bakar Menipis dan Listrik Padam, RS Al-Quds Berhenti Beroperasi
Kedua RS Terbesar di Gaza Tidak Beroperasional
Israel yang terus meluncurkan serangan, membuat kedua dua rumah sakit terbesar di Gaza telah berhenti menerima pasien baru.
Kedua rumah sakit tersebut telah berhenti menerima pasien baru karena kekurangan obat-obatan dan bahan bakar.