Laporan wartawan Tribunnews.com, Danang Triatmojo
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pasukan Israel menduduki gerbang rumah sakit utama di Kota Gaza, Palestina pada Senin (13/11/2023). Tank Israel ditempatkan tepat di depan akses masuk RS Al Shifa.
Bahkan Israel menempatkan sniper alias penembak jitu dan mengoperasikan drone di RS.
Hal ini mereka lakukan karena menuding RS tersebut berdiri di atas terowongan yang menjadi markas pejuang Hamas. Pihak Israel menuding Hamas menggunakan pasien RS sebagai tameng, namun hal ini telah dibantah oleh Hamas.
Baca juga: Jokowi Disebut Akan Didesak Presiden Joe Biden Ambil Peran Lebih Besar Selesaikan Konflik di Gaza
Seorang dokter pada RS Al Shifa, Ahmed El Mokhallalati mengatakan Israel tak lagi peduli terhadap warga sipil yang tinggal di dalam RS. Padahal RS hanya ditempati oleh pasien, dokter dan warga sipil.
"Tank-tank tersebut berada di depan rumah sakit. Kami berada di bawah blokade penuh. Ini adalah wilayah yang sepenuhnya sipil. Hanya fasilitas rumah sakit, pasien rumah sakit, dokter dan warga sipil lainnya yang tinggal di rumah sakit. Seseorang harus menghentikan hal ini," ungkap Ahmed dikutip Al Arabiya, Senin.
Ketidakpedulian Israel tersebut ditunjukkan dengan menghancurkan tangki air, sumur, hingga pompa oksigen.
Baca juga: Badan Intelijen Rusia: Di Balik Pintu, AS Serukan Israel Percepat Operasi Gaza, Demi Citra Biden
RS di Gaza pun kini bukan lagi menjadi tempat aman untuk merawat pasien. Perawatan di dalam RS justru bisa mengancam pasien itu sendiri.
"Mereka mengebom tangki (air), mengebom sumur air, dan juga mengebom pompa oksigen. Mereka mengebom semua yang ada di rumah sakit. Jadi kita sulit bertahan," katanya.
Tindakan Israel ini pun membuat pasien termasuk bayi yang baru lahir sekarat karena kurangnya pasokan bahan bakar yang menopang generator untuk alat-alat di RS.
Jumlah korban tewas di RS Al Shifa meningkat menjadi 34 orang sejak akhir pekan lantaran tak adanya pasokan bahan bakar. Teranyar 27 pasien dewasa dalam perawatan intensif dan tujuh bayi.
Rumah sakit di Gaza Utara ini terpaksa tidak beroperasi karena kekurangan bahan bakar dan adanya pertempuran sengit di wilayah terbuka.
Adapun pendudukan Israel pada RS ini merupakan bagian dari misi untuk menguasai sisi utara Jalur Gaza.