AS Diam-diam Guyur Tambahan Amunisi untuk Israel: Ada 2.000 Rudal Berpemandu Laser Hellfire
TRIBUNNEWS.COM - Amerika Serikat (AS) dilaporkan terus memberikan dukungan amunisi tambahan ke Israel di tengah tekanan dunia internasional atas krisis kemanusiaan di Gaza saat ini.
Dengan jumlah korban tewas warga Palestina di Gaza dilaporkan mencapai lebih dari 11.000 orang, termasuk 4.630 anak-anak, AS menghadapi tekanan atas dukungannya terhadap agresi militer Israel ke Gaza.
Namun, pemerintahan Joe Biden menolak seruan gencatan senjata, bahkan ketika ratusan ribu pengunjuk rasa pro-Palestina turun ke jalan di seluruh negeri.
Baca juga: Eks-Analis Militer AS: Israel Mustahil Musnahkan Hamas, Tentara IDF Cuma Bocah, Terowongan 3 Tingkat
Ketika Israel melanjutkan operasi militernya untuk melenyapkan Hamas di Jalur Gaza apa pun risikonya, Pentagon dilaporkan diam-diam meningkatkan bantuan militer kepada sekutu terbesarnya di luar NATO tersebut.
"Meskipun secara terbuka menyuarakan keprihatinan atas melonjaknya jumlah korban sipil di Gaza, Washington tetap mempertahankan “jalur senjata” untuk memenuhi permintaan bantuan militer Israel," tulis laporan Bloomberg.
Laporan itu merinci daftar amunisi dan persenjataan yang diminta Israel ke AS, antara lain:
Lebih dari 57.000 peluru artileri berdaya ledak tinggi 155 mm
Sebanyak 20.000 senapan M4A1
5.000 perangkat penglihatan malam PVS-14
3.000 amunisi penghancur bunker genggam M141
400 mortir 120 mm, dan 75 kendaraan militer, khususnya, Kendaraan Taktis Ringan Gabungan baru Angkatan Darat dan Korps Marinir
200 drone penusuk lapis baja Switchblade 600 yang dibuat oleh AeroVironment Inc yang tidak dimiliki oleh Angkatan Darat AS
Baca juga: Berdalih Beli Senjata, Negara Ini Setor Rp 5,3 T ke Israel, Citra Sempurna Iron Dome Dicoreng Hamas
Dua Ribu Rudal Persenjataan Helikopter Apache Sudah Dikirim
Semua ini tercakup dalam daftar internal Departemen Pertahanan yang dilihat oleh media tersebut.
Katalog senjata yang dikirim ke Israel dilaporkan terdapat dalam dokumen Pentagon, bertajuk "Israel Senior Leader” tertanggal akhir Oktober.
"Beberapa senjata telah dikirim, sementara yang lain sedang dalam proses disediakan oleh Departemen Pertahanan AS dari persediaan yang berbasis di Amerika dan Eropa, tambah laporan itu.
Laporan tersebut juga menggarisbawahi kalau AS siap untuk menyetujui permintaan senjata Israel, jauh melampaui penyediaan rudal pencegat untuk sistem Iron Dome dan amunisi presisi yang diproduksi oleh Boeing Co. yang diumumkan sebelumnya kepada publik.
Dua baterai Iron Dome saat ini sedang dalam perjalanan ke Israel melalui pengangkutan laut.
Sebuah pencatatan mengungkapkan bahwa 36.000 butir amunisi meriam 30 mm, 1.800 amunisi penghancur bunker M141, dan hampir 3.500 perangkat penglihatan malam telah dikirim ke Israel pada akhir Oktober.
Penghitungan lainnya digambarkan, amunisi yang sudah dikirim ke Tel Aviv itu termasuk sekitar 2.000 rudal berpemandu laser Hellfire yang diproduksi oleh Lockheed Martin Corp.
Rudal ini ditujukan untuk helikopter tempur AH-64 Apache.
Sebanyak 36.000 butir amunisi 30 mm lainnya yang akan ditembakkan oleh meriam Apache juga ada dalam daftar senjata yang dikutip.
Sebanyak 312 pencegat rudal Tamir juga telah disumbangkan ke Israel oleh AS.
Bahkan Timses Joe Biden Pun Minta Gencatan Senjata
Ketika diminta untuk mengomentari laporan tersebut, juru bicara Pentagon mengatakan kalau mereka “memanfaatkan beberapa cara – mulai dari kepemilikan internal hingga saluran industri AS – untuk memastikan Israel memiliki sarana untuk mempertahankan diri.”
"Israel diberikan oleh AS dengan peluru artileri 155 mm, bom berdiameter kecil, amunisi berpemandu presisi, serta “pencegat Iron Dome dan peralatan pendukung medis,” kata juru bicara tersebut menambahkan
Sejak dimulainya operasi militer Israel untuk menargetkan Hamas sebagai pembalasan atas serangan kelompok militan tersebut pada tanggal 7 Oktober, Washington dengan gigih mendukung Tel Aviv.
Pemerintahan Biden memang melakukan upaya dalam diplomasi 'ulang-alik', namun tidak menunjukkan hasil apa pun, dibuktikan dengan makin menggunungnya tekanan internasional.
Ketika Pasukan Pertahanan Israel mengintensifkan operasi mereka di Gaza untuk melenyapkan Hamas, protes global meningkat atas meningkatnya jumlah korban jiwa warga sipil Palestina.
Lebih dari 11.000 orang, banyak di antaranya anak-anak, telah meninggal di wilayah kantong tersebut, menurut Kementerian Kesehatan Gaza.
Namun, Washington menolak seruan gencatan senjata meskipun ratusan ribu pengunjuk rasa pro-Palestina turun ke jalan di seluruh AS.
Sebaliknya, pemerintahan Biden mendesak adanya “jeda kemanusiaan” dalam serangan Israel.
Pemerintahan Biden menghadapi kecaman dari organisasi non-pemerintah atas penyediaan peluru artileri, serta amunisi lainnya, ke Israel.
Lebih dari 30 organisasi semacam itu menulis surat kepada Menteri Pertahanan Lloyd Austin pada hari Senin untuk memintanya agar tidak mengirimkan peluru kaliber 155 mm/
"Di Gaza, salah satu tempat yang paling padat penduduknya di dunia, peluru artileri 155 mm tidak pandang bulu… Amunisi ini tidak terarah dan memiliki radius kesalahan yang tinggi,” kata pernyataan tersebut
Lebih dari 500 mantan staf kampanye Biden juga mendesak Presiden AS Joe Biden untuk mendesak gencatan senjata di Jalur Gaza yang terkepung.
Dalam surat mereka yang dipublikasikan secara online dan ditandatangani oleh mantan pegawai kampanye Biden pada tahun 2020, serta Komite Nasional Demokrat dan organisasi Partai Demokrat tingkat negara bagian, mereka menyatakan desakan gencatan senjata.
Kelompok staf tersebut, yang menamakan diri mereka Alumni Biden untuk Perdamaian dan Keadilan, menulis: “Anda harus menyerukan gencatan senjata, pertukaran sandera, dan deeskalasi, serta mengambil langkah nyata untuk mengatasi kondisi pendudukan, apartheid, dan pembersihan etnis yang menjadi akar kekerasan mengerikan yang kita saksikan sekarang.”
(oln/sptnk/blmbrg/*)