TRIBUNNEWS.COM - Jaksa di Korea Selatan (Korsel) menuntut hukuman penjara selama 30 tahun kepada Jeong Myong-seok.
Dikutip dari Straits Times, Jeong Myong-seok adalah pemimpin kultus Jesus Morning Star (JMS) yang penuh skandal.
Kantor berita Yonhap melaporkan pada Selasa, (21/11/2023), bahwa Jeong Myong-seok telah dituduh memperkosa dan melakukan pelecehan seksual terhadap dua pengikut perempuan JMS.
Tindakan itu dilakukan beberapa kali antara Februari 2018 dan September 2021.
Tak hanya itu, Jeong Myong-seok juga menganiaya pengikut perempuan Korea Selatan lainnya.
Baca juga: Sutradara In the Name of God: A Holy Betrayal Sebut JMS Lebih Parah dari yang Terlihat di Dokumenter
Dalam persidangan, jaksa juga meminta Jeong Myong-seok menjalani program terapi seksual selama 500 jam.
Jeong Myong-seok pun diminta memakai monitor pergelangan kaki selama 20 tahun.
Sudah Pernah di Penjara
Jeong Myong-seok sudah pernah dipenjara 10 tahun karena memperkosa perempuan pengikut JMS dan menggelapkan dana dari kelompok tersebut.
Ia dibebaskan pada 2018, menurut laporan Korea Herald.
Tuduhan penyerangan seksual makin banyak dilontarkan kepada Jeong setelah dia dibebaskan.
Sinopsis Singkat Serial Dokumenter Netflix In The Name of God: A Holy Betrayal
Kisah nyata Jeong Myeong-seok, pria Korea Selatan yang mengaku sebagai utusan Tuhan atau reinkarnasi Yesus, dirangkum dalam serial In The Name of God: A Holy Betrayal yang ditayangkan pada bulan Maret 2023.
Serial dokumenter ini menampilkan empat pemimpin aliran sesat di Korea Selatan, termasuk Jeong Myong-seok.
Baca juga: Diduga Ada Kru Pengikut Kultus JMS, Stasiun TV KBS Korea Lakukan Investigasi
Lewat dokumenter ini, para manta pengikut Jeong Myong-seok juga membagikan pengalaman terseret dalam kultus sesat itu.
Dikutip dari DM Talkies, pada episode pertama, serial ini membahas awal mula Jeong Myeong-seok mengumpulkan ribuan pengikutnya.
Ia menggunakan ramalan dan kekuatan penyembuhannya untuk menggaet pengikut.
Karena makin banyak laporan pelanggaran Jeong Myeong-seok yang dipublikasikan, dia melarikan diri.
Jeong Myeong-seok melanjutkan pekerjaannya di luar negeri.
Sementara itu, musuh-musuhnya menghadapi pembalasan yang kejam.
Ia pernah menghadapi hukuman penjara setelah ditangkap di Tiongkok.
Namun, setelah pembebasannya, Jeong Myeong-seok kembali ke kultusnya dan tetap melakukan berbagai pelanggaran pada anggotanya.
Baca juga: Sekte Sesat JMS Masih Cari Jemaat Baru, Yuk, Simak Cara Agar Tidak Terpengaruh!
Awalnya, Netflix dilarang menayangkan serial ini karena kontennya yang sensitif.
Namun, Netflix berhasil memenangkan izin tayangnya, dikutip dari Variety.
Kesaksian Korban Kultus Sesat JMS
Sutradara sekaligus produser In the Name of God: A Holy Betrayal, Cho Sung Hyun, menyebut kultus JMS 10 kali lebih buruk dari yang terlihat dalam dokumenter.
Cho pun menceritakan pengalamannya dalam membuat dokumenter ini.
Mengutip laman Koreaboo, Cho Sung Hyun mengungkap telah mengenal banyak orang yang terpengaruh oleh aliran sesat.
"Setelah saya mulai membuat dokumenter, topiknya hampir seperti pekerjaan rumah bagi saya," sambung Cho Sung Hyun.
Setelah bertahun-tahun mempelajari dan mengamati sekte-sekte ini, dia mengusulkan untuk membuat serial dokumenter tentang kultus sesat ke Netflix.
Adegan pertama In the Name of God: A Holy Betrayal menampilkan cuplikan wawancara dengan Maple Yip.
Baca juga: Sinopsis Serial In The Name of God A Holy Betrayal, Kisah Nyata 4 Sekte Sesat di Korea Selatan
Maple Yip adalah korban kultus Christian Gospel Mission (JMS).
Dalam 10 menit pertama, penonton disuguhkan dengan pengakuannya bahwa Maple Yip dilecehkan secara seksual oleh pemimpin JMS, Jeong Myeong Seok.
Sebab, Cho ingin menunjukkan kepada mereka semua yang perlu mereka ketahui tentang kultus tersebut.
Rekaman suara Maple Yip membeberkan bukti Jeong Myeong Seok menyerangnya.
Cho menyebut peristiwa tragis yang ditampilkan dalam serial dokumenter ini hanyalah 10 persen dari kenyataan.
"Saya sadar ada kontroversi mengenai konten seksual, tapi yang penting semua yang dikatakan itu benar," urainya.
"Sulit bagi kami untuk mendengarkan konten sambil mengumpulkan kesaksian karena ceritanya sangat traumatis," papar Sung Hyun.
(Tribunnews.com/Andari Wulan Nugrahani)