News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Konflik Palestina Vs Israel

Keluarga Sandera Mengamuk ke Menteri Sayap Kanan, Minta Israel Setop Bunuh Orang Arab

Editor: Acos Abdul Qodir
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Anggota keluarga, teman dan pendukung sandera yang ditahan di Jalur Gaza sejak serangan militan Hamas di Israel selatan pada 7 Oktober, memegang foto mereka yang diambil saat protes menyerukan pembebasan mereka di luar kantor Perdana Menteri di Yerusalem pada 18 November 2023, di tengah pertempuran yang sedang berlangsung antara Israel dan kelompok Palestina Hamas.

Laporan Wartawan Tribunnews, Agave Boniarce Veva Situmorang

TRIBUNNEWS.COM, TEL AVIV -  Sidang komite parlemen di Israel berubah menjadi kekacauan ketika anggota parlemen sayap kanan meneriaki keluarga korban sandera Hamas.

Menurut laporan, terjadi perdebatan sengit selama pertemuan komite di parlemen Israel saat beberapa anggota keluarga korban sandera yang ditahan di Gaza bentrok dengan Menteri Keamanan Nasional, Itamar Ben-Gvir dan anggota pemerintah sayap kanan lainnya.

Perdebatan tersebut terjadi karena Ben-Gvir, justru menyampaikan agar Israel mencaplok wilayah Palestina, mempromosikan undang-undang baru yang bisa menjatuhkan hukuman mati kepada pihak-pihak yang mereka anggap sebagai teroris.

Di sisi lain, para anggota keluarga dan kerabat sandera yang kontra muncul di sidang Komite Keamanan Nasional Knesset, dan meminta para politisi untuk tidak mengajukan undang-undang yang memungkinkan dijatuhkannya hukuman mati.

Kerabat para sandera yang menolak undang-undang tersebut mengatakan, tindakan seperti itu hanya akan menempatkan keluarga mereka dalam bahaya yang lebih besar, mengingat sebagian dari para sandera masih berada dalam tahanan Hamas di Gaza.

“Mungkin daripada membicarakan orang mati, bicara lah tentang orang hidup. Berhentilah bicara tentang pembunuhan orang Arab. Bicara tentang menyelamatkan orang Yahudi. Ini adalah pekerjaanmu!” teriak Hen Avigdori, yang istri dan putrinya hingga saat ini masih menjadi sandera Hamas.

Lebih lanjut, anggota keluarga para korban sandera Hamas tersebut juga diketahui turut melampiaskan rasa frustasi mereka sambil memegang foto para sandera, kerabat mereka.

“Tidak ketika hidup orang yang kita cintai dalam bahaya, ketika ada pedang di leher mereka. Saya disini atas nama Carmel agar dia tetap hidup. Silahkan pilih kehidupan dan pastikan mereka pulang dalam keadaan hidup dan utuh,” mohon Gil Dickman, sepupu dari Carmel Gat, salah satu korban sandera yang diculik Hamas pada penyerangan 7 Oktober lalu.

Mengutip keterangan The Jerusalem Post, Almog Cohen, salah seorang anggota parlemen dari partai ekstremis Otzma Yehudit, yang juga pendukung undang-undang hukuman mati yang baru, mengabaikan seruan ketakutan dan permohonan para keluarga korban sandera dalam sidang tersebut.

“Anda tidak bisa memonopoli rasa sakit. Kami juga telah menguburkan lebih dari 50 teman,” kata Cohen.

“Teman saya adalah seorang sandera di Gaza, dan omong-omong, dia belum pernah mendengar tentang Anda. Jangan bicara tentang kami yang ingin membunuh orang Arab. Kami tidak pergi membunuh mereka pada hari Sabat itu. Mereka datang untuk membunuh kita,” tambahnya.

Baca juga: Israel Warning PBB, Bakal Ada Perang Besar-besaran Timur Tengah Gegara Rudal Hizbullah Buatan Iran

Lebih lanjut, menurut pihak berwenang Israel, ada sekitar 240 sandera yang ditahan oleh pihak Hamas di Gaza, dan lebih dari 30 di antaranya adalah anak-anak.

Sejauh ini, empat sandera telah dibebaskan oleh Hamas, satu orang sandera berhasil diselamatkan oleh militer Israel, dan dua mayat sandera wanita juga telah berhasil ditemukan oleh Pasukan Pertahanan Israel (IDF) selama operasinya di dekat RS al-Shifa di kota Gaza.

Sementara itu, para pejabat Amerika Serikat dan Qatar mengindikasikan bahwa kemungkinan adanya kesepakatan untuk membebaskan para sandera sudah berada di depan mata. Namun, masih belum ada kesepakatan resmi yang tercapai.

Sebuah laporan Washington Post mengenai usulan kesepakatan itu mengklaim, puluhan perempuan dan anak-anak akan dibebaskan dengan timbal balik gencatan senjata selama lima hari.

Dengan masih adanya warga Israel yang disandera di Gaza, Posko Keluarga untuk Tawanan dan Orang Hilang, sebuah kelompok yang mewakili keluarga para sandera, menyatakan dalam sebuah pernyataan bahwa keputusan hukuman mati “membahayakan kehidupan orang-orang yang kita cintai melebihi resiko yang sudah ada dan hal ini tidak mendukung tujuan publik apapun.” (cnn/saudigazette/thedailybeast/JerusalemPost)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini