"Kami yakin dua kapal ini dalam perjalanan. Mereka semestinya tiba dalam delapan hari ke depan," kata Lewa kepada Kantor Berita AFP.
Kapal pertama mengangkut sekitar 200 orang, sedangkan kapal kedua mengangkut 150 orang.
Mohammad Ullah, 26, seorang pengungsi Rohingya yang terdaftar di kamp Nayapara di Cox's Bazaar, mengatakan bahwa putrinya yang berusia empat tahun telah dibawa oleh mantan ibu mertuanya menaiki kapal menuju Indonesia.
"Dia menjemput putri saya dan mengatakan bahwa dia akan mengajaknya ke pantai, lalu dia tidak memulangkan putri saya," kata Ullah kepada AFP.
"Ketika saya bertanya di mana dia berada, saya baru tahu bahwa dia membawa putri saya bersama keluarganya untuk naik perahu menuju Indonesia pada tanggal 21."
Menurut Ullah, para pengungsi Rohingya menganggap Indonesia sebagai tempat yang aman karena Indonesia dengan mudah memukimkan kembali para pengungsi.
Dua pengungsi Rohingya lainnya juga mengonfirmasi keberangkatan dua kapal tersebut.
Penyelundup terorganisir dan biaya perjalanan 'lebih murah'
Pengungsi Rohingya lainnya - yang enggan disebut namanya - mengatakan bahwa rute keberangkatan dari Cox's Bazar diatur oleh penyelundup terorganisir yang terlatih mengelabui patroli di laut.
“Para perantara membawa para pengungsi Rohingya dengan perahu kecil yang melintasi perbatasan maritim Bangladesh dan Myanmar,” katanya.
“Kemudian mereka membawa para pengungsi tersebut ke kapal yang lebih besar dan jauh ke tengah laut."
Hasil pemantauan Arakan Project menunjukkan ada perubahan demografi para pengungsi Rohingya yang meninggalkan kamp pengungsian belakangan ini.
Sebelumnya, penumpang kapal-kapal ini didominasi oleh para pemuda yang bertujuan ke Malaysia untuk bekerja.