"Pejabat yang menjadi pusat perhatian media sosial baru-baru ini sebelumnya memimpin pengembangan dokumen rahasia berjudul President's Daily Brief," Financial Times melaporkan.
Memposting konten bermuatan politik di media sosial merupakan hal yang sangat tidak biasa bagi pejabat dengan peran intelijen yang sensitif.
Baik Kantor Direktur Intelijen Nasional maupun Gedung Putih pun tidak menanggapi permintaan komentar NY Post.
Baca juga: Dukung Gencatan Senjata Israel-Hamas, India Serukan Pembebasan Sandera Tanpa Syarat
Perpecahan yang mendalam
Unggahan itu makin menunjukkan adanya perpecahan yang mendalam di pemerintahan AS mengenai cara Presiden Joe Biden menangani perang Israel-Hamas.
Sejauh ini, perang Israel-Hamas telah menewaskan sekitar 15.000 warga Palestina dan menyebabkan sebagian besar Jalur Gaza hancur.
Insiden media sosial ini juga terjadi setelah pejabat pemerintah AS lainnya mendapat reaksi keras atas komentar publik mereka mengenai perang Gaza.
Pekan lalu, seorang mantan pejabat Departemen Luar Negeri AS ditangkap setelah video dirinya melecehkan penjual makanan halal di New York.
Dengan menyerukan agar lebih banyak anak Palestina yang meninggal menjadi viral di media sosial.
(Tribunnews.com/Andari Wulan Nugrahani)