TRIBUNNEWS.COM - Masyarakat Bulan Sabit Merah Palestina (PRCS) menuntut pemerintah Israel segera membebaskan staf medis yang ditangkap pasukannya.
Bulan Sabit Merah Palestina sangat khawatir terhadap Awni Khattab yang merupakan kepala Pusat Medis Darurat Khan Younis.
Awni Khattab sudah ditahan pasukan Israel selama sembilan hari.
Kini, keberadaan Awni Khattab masih belum diketahui.
“Penangkapan terjadi ketika konvoi korban luka dari Rumah Sakit al-Shifa sedang melakukan perjalanan melalui pos pemeriksaan Wadi Gaza,” tulis PRCS di X, dilansir Al Jazeera, Kamis (30/11/2023).
“PRCS menganggap pemerintah Israel bertanggung jawab atas keselamatan Khattab, dan kami menuntut pembebasannya segera bersama tiga pekerja medis lainnya yang ditahan," lanjutnya.
Baca juga: Gencatan Senjata Israel Hamas di Gaza Diupayakan Diperpanjang 2 Hari Lagi, Upaya Negosiator di Mesir
Pada Rabu (22/11/2023), 190 orang yang terluka dan sakit, rekan mereka, dan sejumlah tim medis dievakuasi dari rumah sakit dengan konvoi ambulans ke selatan.
Evakuasi itu berkoordinasi dengan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dan lembaga kemanusiaan lainnya, menurut PBB.
Bulan Sabit Merah Palestina mengatakan, proses evakuasi berlangsung selama hampir 20 jam, karena konvoi dihalangi dan diperiksa dengan cermat saat melewati pos pemeriksaan di Jalan Salah al-Din.
“Selanjutnya, tiga paramedis dan seorang pendamping dari orang yang terluka ditahan."
"Yang terakhir dan dua paramedis kemudian dibebaskan, sedangkan paramedis ketiga, rekannya Awni Khattab, masih ditahan hingga saat ini," katanya, Kamis (23/11/2023), dikutip dari BBC.
Baca juga: Menlu Indonesia Desak Dewan Keamanan PBB Wujudkan Gencatan Senjata Permanen Israel-Hamas
Baik PBB maupun PRCS tidak menyebut nama Dr Abu Salmiya.
Namun kepala ortopedi di al-Shifa, Dr Adnan al-Bursh, mengatakan kepada BBC bahwa dia juga ditahan saat menemani pasien yang dievakuasi pada hari Rabu.
Pada Kamis sore, militer Israel mengonfirmasi Dr Abu Salmiya telah dibawa untuk diinterogasi oleh badan keamanan internal Shin Bet.
Pasukan Israel mengaku mengikuti bukti yang menunjukkan bahwa Rumah Sakit al-Shifa, di bawah manajemen langsungnya, berfungsi sebagai pusat komando dan kendali Hamas.
Namun, Hamas telah berulang kali membantah bahwa rumah sakit tersebut digunakan sebagai tempat perlindungan oleh para pejuang, begitu pula staf rumah sakit dan pejabat kementerian kesehatan.
Baca juga: AS Tekan Israel Persempit Zona Tempur di Gaza Selatan, Netanyahu Diminta Lebih Hati-hati
Kini, Hamas dan Israel sepakat untuk memperpanjang gencatan senjata selama satu hari.
Namun warga di Jalur Gaza tetap khawatir tentang apa yang mungkin terjadi selanjutnya, dilansir Al Jazeera.
Sebanyak tiga orang tewas dan 16 luka-luka dalam penembakan di terminal bus Yerusalem Barat.
Dua tersangka penyerang juga tewas.
Hamas mengatakan kedua pria bersenjata itu adalah anggotanya.
Lebih dari 15.000 warga Palestina telah terbunuh di Gaza sejak 7 Oktober 2023.
Di Israel, jumlah korban tewas resmi mencapai sekitar 1.200 orang.
(Tribunnews.com/Nuryanti)