TRIBUNNEWS.COM - Pasar-pasar di Jalur Gaza dibanjiri oleh warga ketika gencatan senjata untuk membeli persediaan makanan dan pakaian musim dingin.
Namun harga produk-produk ini mengalami kenaikan yang cukup tinggi, terutama untuk bahan makanan pokok.
Harga barang melonjak tinggi memicu kemarahan dan kebencian di kalangan pembeli.
Mereka menyalahkan para pemilik toko atas tingginya harga barang kebutuhan pokok di pasar Gaza.
Seorang pembeli, Imm Abdullah, yang mengungsi dari rumahnya di lingkungan Nassr di Kota Gaza sebulan lalu setelah Israel memerintahkan orang-orang di Gaza utara untuk pindah ke selatan, datang ke pasar kota untuk membeli makanan dan pakaian hangat untuk dirinya dan keluarganya.
Sesampainya di pasar, ia terkejut melihat harga barang-barang yang dibutuhkan melonjak tinggi.
Baca juga: Gencatan Senjata Berakhir, IDF Kembali Luncurkan Serangan Udara di Gaza Utara
“Saya tidak percaya pedagang mengatakan harga di luar kendali mereka,” katanya, dikutip dari Al Jazeera.
Menurutnya, para pedagang tidak boleh memanfaatkan gencatan senjata ini untuk menaikkan harga barang-barang.
“Mereka dapat mengatur harga dan mempertimbangkan fakta bahwa kita sedang melalui masa-masa yang luar biasa, dan hal ini bukanlah sesuatu yang harus mereka manfaatkan," jelasnya.
Imm Abdullah saat ini tinggal di salah satu sekolah yang dikelola PBB di Deir el-Balah mengatakan kondisi di sekolah tersebut memprihatinkan.
Pasalnya perbekalan dan air sudah mulai menipis.
Baca juga: Tak Pedulikan Ancaman AS, Israel Kembali Gempur Gaza, Drone Zionis Meluncur di Atas Warga
“Di sekolah, kami hampir tidak mendapat bantuan makanan. Suatu hari kami mendapat sekaleng tuna. Bagaimana saya bisa menghidupi keluarga saya dengan hal itu?" jelasnya.
Akan tetapi harapannya seketika pudar ketika mengetahui harga barang-barang yang dibutuhkan meroket.
Dia menyebutkan daftar produk yang sekarang tidak terjangkau.