TRIBUNNEWS.COM - Berikut ini fakta-fakta terkait serangan udara terbaru Israel di Gaza setelah gencatan senjata dengan kelompok militan Hamas Palestina berakhir.
Totalnya, kedua belah pihak menyetujui gencatan senjata selama tujuh hari terhitung sejak Jumat (24/11/2023).
Gencatan senjata Israel-Hamas ini ada tiga tahapan.
Berkat negosiasi mediator Qatar dan Mesir, gencatan senjata awal disepakati selama empat hari, kemudian diperpanjang dua hari, dan diperpanjang lagi satu hari.
Simak fakta-faktanya berikut ini:
Baca juga: Gencatan Senjata Israel-Hamas Hari ke-7: 8 Sandera Dibebaskan, Ditukar 30 Tahanan Palestina
1. Bagaimana akhir dari gencatan senjata Israel-Hamas?
Gencatan senjata Israel-Hamas dimulai pada Jumat (24/11/2023) kemarin.
Kesepakatan gencatan senjata kemudian diperbarui dua kali sebelum berakhir pada hari Jumat (1/12/2023).
Berdasarkan perjanjian gencatan senjata, pertempuran antara Israel-Hamas dihentikan agar bantuan kemanusiaan bisa masuk ke Gaza.
Selain itu, Hamas melepaskan sandera sebagai ganti Israel membebaskan tawanan Palestina.
2. IDF tembaki warga Palestina di Gaza
Meski ada jeda pertempuran, kantor kemanusiaan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), Office for the Coordination of Humanitarian Affairs (OCHA), melaporkan Pasukan Pertahanan Israel (IDF) menembaki warga Palestina di Gaza.
Dua orang tewas dalam penembakan tentara Israel pada Rabu (29/11/2023).
IDF juga menembaki orang-orang pada Kamis (30/11/2023).
Baca juga: Hamas Ungkap Israel Tolak Terima 3 Sandera yang Tewas akibat Serangan Udara
3. Warga Palestina berharap gencatan senjata diperpanjang lagi
Pada Jumat (1/12/2023), saat gencatan senjata ketiga berakhir, koresponden Al Jazeea, Tareq Abu Azzoum melaporkan dari Khan Yoinis di Gaza selatan bahwa warga Palestina sangat berharap gencatan senjata akan diperpanjang lagi.
Dengan demikian, lebih banyak bantuan kemanusiaan bakal masuk ke wilayah tersebut.
4. Jelang berakhirnya gencatan senjata, Israel deteksi roket masuk
Satu jam sebelum gencatan senjata berakhir pada pukul 07.00 waktu setempat, IDF mengumumkan bahwa sistem pertahanan rudal Iron Dome miliknya mendeteksi roket yang masuk.
Kemudian IDF mengaku mencegat peluncuran dari Gaza.
"Kami telah melihat roket-roket yang ditembakkan dari Gaza sebelumnya dicegat oleh Iron Dome, kemudian Hamas mengaku hanya salah tembak," lapor Imran Khan dari Al Jazeera di Yerusalem Timur.
"Atau bisa juga sebuah pesan untuk mencoba memberikan tekanan pada Israel untuk mencoba dan memperpanjang gencatan senjata ini," urainya.
Baca juga: Israel Mau Gebuk Qatar yang Sudah Bantu Pembebasan Sandera, Zarka: Mereka Dukung Hamas!
Hamas tidak segera menanggapi atau mengaku bertanggung jawab atas peluncuran tersebut.
5. Apakah Israel melanjutkan serangan udara di Gaza?
Batas perpanjangan gencatan senjata berlalu tanpa ada pengumuman perpanjangan kesepakatan dari kedua belah pihak.
Beberapa menit setelahnya, serangan udara dan pertempuran artileri Israel kembali terjadi di Gaza.
Para saksi mata di daerah kantong tersebut melaporkan adanya bentrokan hebat antara pasukan Israel dan kelompok pejuang Palestina.
6. IDF tuduh Hamas menembaki wilayah Israel
IDF mengumumkan di akun X bahwa pertempuran kembali dilanjutkan.
"Hamas melanggar jeda operasional dan menembak ke arah wilayah Israel," kata IDF.
Baca juga: Analis Israel Larang TV Lokal Tayangkan Video Hamas Bebaskan Sandera
7. Tempat pertempuran di Gaza
Azzoum melaporkan bentrokan antara Israel dan Hamas kembali terjadi di wilayah Jalur Gaza sisi utara.
"Sedikitnya 54 orang tewas sejak IDF melanjutkan serangannya," Kementerian Kesehatan Gaza menguraikan.
Tercatat, dua orang tewas di Beit Lahia.
Lalu, ada penembakan besar-besaran di Khan Younis timur di Gaza selatan.
Israel juga menyebarkan selebaran yang meminta masyarakat di Khan Younis untuk bergerak lebih jauh ke selatan menuju Rafah di perbatasan dengan Mesir.
Satu korban dilaporkan di kota Khan Younis sementara dua orang tewas di kota Hamad, selatan Khan Younis.
Baca juga: Gencatan Senjata Hari ke-6: Hamas Bebaskan 16 Sandera, Ditukar 30 Tahanan Palestina
Pada hari Jumat (1/12/2023), sebuah bangunan di kamp pengungsi Jabalia di Gaza utara hancur total.
Ada laporan bahwa sebuah rumah juga hancur di Rafah di selatan Gaza.
Israel juga melakukan penembakan di dekat kamp pengungsi Nuseirat dan Bureij di Gaza tengah.
Juga di Gaza tengah, 10 orang tewas dan sejumlah warga sipil terluka di wilayah Maghazi.
8. Kerusakan dan korban perang Israel-Hamas
Akibat pemboman dan bentrokan Israel sejak Sabtu (7/10/2023), sekitar 60 persen rumah di Gaza hancur, lapor media pemerintah Gaza.
Setidaknya 50.000 keluarga kini kehilangan tempat tinggal.
Sekitar 250.000 unit rumah hancur.
Berdasarkan data dari otoritas kesehatan Palestina, lebih dari 15.000 orang di Gaza, termasuk sedikitnya 6.150 anak-anak, telah meninggal.
Baca juga: Eyes Never Lie, Tatapan Penuh Cinta Maya Si Sandera Israel ke Tentara Hamas, Stockholm Syndrome?
9. Di mana Hamas menyerang?
Sayap bersenjata Hamas, Brigade Qassam, mengumumkan di Telegram bahwa mereka menyerang kota Ashkelon, Sderot dan Beersheba di Israel selatan dengan serangan roket.
Kelompok itu mengatakan serangan itu adalah "sebagai respons terhadap penargetan warga sipil".
10. Bagaimana dengan nasib sandera dan tawanan Palestina?
Hampir 240 orang disandera oleh Hamas.
Dari jumlah tersebut, 127 tawanan masih berada di Gaza, dan 110 orang dibebaskan sebagai bagian dari gencatan senjata.
Israel awalnya merilis daftar 300 tahanan Palestina yang memenuhi syarat untuk dibebaskan selama jeda pertempuran.
Daftar 50 nama tahanan lainnya yang memenuhi syarat akan dirilis kemudian.
Dari 350 tahanan, 240 orang telah dibebaskan dan 110 orang masih ditahan.
Namun, pada saat yang sama, Israel telah menangkap warga Palestina dalam jumlah yang sama di Tepi Barat dan Yerusalem Timur.
Baca juga: Israel Terima Daftar Nama Sandera yang akan Dibebaskan Hamas, Singgung Perpanjangan Gencatan Senjata
11. Apa selanjutnya?
Kantor Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengatakan bahwa dengan dimulainya kembali pertempuran, Israel berkomitmen untuk mencapai targetnya dalam perang.
Partisipasi Israel dalam Konferensi Perubahan Iklim PBB (COP28) ke-28 yang dimulai pada hari Kamis (30/11/2023) di Dubai juga dikritik oleh beberapa pihak.
(Tribunnews.com/Andari Wulan Nugrahani)