TRIBUNNEWS.COM - Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan menolak tekanan Amerika Serikat untuk memutuskan hubungan sejarah Ankara dengan Hamas setelah operasi Hamas.
Pejabat tinggi AS merasa khawatir mengenai hubungan masa lalu saat petinggi Hamas melakukan kunjungan ke Turki.
Meskipun wakil menteri Brian Nelson belum mendeteksi adanya aliran uang dari Turki untuk Hamas sejak 8 minggu lalu, ia tetap tegas berpendapat Ankara pernah memberikan dana bantuan kepada Hamas di masa lalu.
Oleh karena itu, ia khawatir adanya pendanaan dari Turki ke Hamas pada masa depan.
Ia meminta untuk segera menggunakan undang-undang setempat untuk membatasi potensi transfer dana di masa depan.
Pada hari Sabtu, Erdogan mengatakan Washington sangat menyadari Turki tidak memandang Hamas sebagai organisasi teroris.
Baca juga: Belum Puas, Erdogan Kembali Serang Netanyahu, Sebut Dia Tukang Jagal di Gaza
Erdogan kemudian menekankan bahwa Hamas adalah partai politik di Palestina.
“Pertama-tama, Hamas adalah realitas Palestina, mereka adalah partai politik di sana dan mereka mengikuti pemilu sebagai partai politik dan menang,” katanya, dikutip dari macaubusiness.
Ia juga menegaskan bahwa kebijakan luar negeri di Ankara dibuat hanya untuk rakyat Turki.
“Kami membentuk kebijakan luar negeri kami di Ankara dan merancangnya hanya berdasarkan kepentingan Turki dan harapan rakyat kami,” kata Erdogan.
Menurutnya, langkah kebijakan luar negerti Turki adalah kebijakan yang tepat dalam konflik kemanusiaan ini.
Ia juga berharap, pejabat tinggi AS menghargai keputusan Turki dalam hal ini.
“Saya yakin lawan bicara kami menghargai langkah kebijakan luar negeri Turki yang konsisten dan seimbang dalam krisis dan konflik kemanusiaan," terangnya.
Baca juga: Presiden Turki Erdogan ke Sekjen PBB: Israel Harus Diadili atas Kejahatan Perang di Gaza
Erdogan Minta Netanyahu Harus Segera Diadili
Presiden Erdogan mengatakan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu harus diadili karena menjadi 'penjahat perang'.
“Kami tidak akan membiarkan isu Israel memiliki senjata nuklir dilupakan,” kata Erdogan dalam pidato pembukaannya pada pertemuan Organisasi Kerja Sama Islam (OKI) di Istanbul, dikutip dari Anadolu.
Ia mengatakan, Neranyahu terus mencoba mengabaikan kematian di Gaza.
Menurutnya, Israel adalah penjahat dalam konflik kemanusiaan ini.
“Israel bukan hanya seorang pembunuh tetapi juga seorang pencuri,” kata Erdogan.
Oleh karena itu, ia menekankan agar Israel tidak lagi meluncurkan serangan di Gaza.
“Kita tidak bisa membiarkan Israel menduduki Gaza sekali lagi," tambahnya.
Ia juga meminta pengubahan stuktur global.
“Ada struktur global yang bertindak berdasarkan kemauan beberapa negara. Struktur PBB yang korup perlu diubah," jelasnya.
Ia menegaskan Gaza merupakan wilayah Palestina sampai kapanpun.
“Gaza adalah wilayah Palestina. Gaza adalah milik Palestina dan akan tetap demikian selamanya,” jelasnya.
“Mereka yang menginvasi Gaza akan mencari tempat lain besok. Penjagal Gaza Netanyahu mengungkapkan bahwa dia memiliki cita-cita ekspansionis,” kata Erdogan.
Sebagai informasi, tentara Israel kembali mengebom Jalur Gaza pada Jumat pagi setelah menyatakan berakhirnya jeda kemanusiaan selama seminggu.
Sejak saat itu, Israel melancarkan serangan udara dan darat tanpa henti di Jalur Gaza.
Kementerian Kesehatan mengatakan jumlah korban tewas akibat serangan Israel di Jalur Gaza telah melonjak menjadi 15.523 sejak 7 Oktober.
(Tribunnews.com/Farrah Putri)
Artikel Lain Terkait Konflik Palestina vs Israel