Tentara Israel Tembak Mati Warga Israel Sendiri dengan 4 Tembakan, Profesionalisme IDF Dipertanyakan
TRIBUNNEWS.COM- Ketika Yuval Kestelman melihat orang-orang bersenjata menyerang sebuah halte bus di Yerusalem, dia bertindak cepat untuk menghentikan serangan itu.
Serangan kemudian berhenti, tetapi kemudian Yuval Kestelman dibunuh oleh tentara Israel yang mungkin mengira dia adalah seorang penyerang.
Yuval Kestelman, mantan perwira polisi Israel, dipuji sebagai pahlawan karena menghentikan penembakan mematikan pekan lalu, yang kemudian diklaim oleh kelompok militan Hamas.
Namun bagi banyak warga Israel, kematian pria berusia 37 tahun Yuval Kestelman, telah menimbulkan pertanyaan besar mengenai proliferasi senjata di masyarakat, terutama sejak serangan Hamas pada 7 Oktober, dan mengenai aturan keterlibatan anggota pasukan keamanan.
Baca juga: Drone Israel Tembaki Pintu Masuk RS Kamal Adwan di Gaza, 4 Orang Tewas, 9 Lainnya Luka-luka
Saat serangan terjadi, Yuval Kestelman menghentikan mobilnya, mengeluarkan pistolnya, berlari ke seberang jalan dan melepaskan tembakan, menewaskan dua pria bersenjata tersebut.
Beberapa saat kemudian, Yuval Kestelman tergeletak di tanah, terluka parah setelah ditembak oleh tentara Israel yang tampaknya salah tembak dan mengira dia sebagai penyerang ketiga.
βDia mengangkat tangannya, menunjukkan bahwa dia tidak memakai bahan peledak atau apa pun, tidak bersenjata,β kata ibu tirinya, Tami Kestelman, kepada AFP selama shiva β masa berkabung tradisional Yahudi β di rumah keluarga di kota utara Kiryat Tivon.
"Mengapa mereka harus menembaknya?"
Israel mengatakan tentara hanya diperbolehkan menggunakan kekuatan mematikan dalam situasi yang mengancam nyawa, namun para aktivis menuduh tentara melanggar aturan ketika warga Palestina terlibat.
Baca juga: Saat Gencatan Senjata Hari Terakhir, Israel Tembaki Bus Tawanan Palestina dengan Gas Air Mata
Harian Liberal Israel Haaretz, dalam editorialnya, menyalahkan kematian Kestelman pada "pola pikir bahwa seorang teroris adalah 'orang mati' dan bahwa 'kita tidak boleh membiarkan seorang teroris membiarkan serangan tetap hidup'."
Kemunculan personel keamanan bersenjata merupakan hal biasa di Israel, dan jumlahnya meningkat setelah serangan tanggal 7 Oktober.
Selama dua bulan terakhir ketika Israel memerangi Hamas di Jalur Gaza, IDF telah memanggil ratusan ribu tentara cadangan, yang sering membawa senjata saat istirahat sejenak di rumah.
Dan pihak berwenang telah mengeluarkan senjata kepada unit pertahanan sipil yang baru dibentuk, sementara para pejabat mengatakan permohonan izin senjata telah meroket setelah serangan Hamas.