Sementara itu, dalam konferensi pers, Penasihat Keamanan Nasional AS Jake Sullivan mengatakan Parlemen AS harus segera menentukan pilihan.
"Parlemen harus memutuskan apakah akan terus mendukung perjuangan demi kemerdekaan di Ukraina atau mengabaikan pelajaran yang telah kita pelajari dari sejarah dan mengizinkan [Presiden Rusia Vladimir] Putin menang," kata Sullivan.
Presiden AS Joe Biden pada tanggal 20 Oktober lalu telah meminta DPR untuk menyetujui bantuan sebesar lebih dari $100 miliar.
Bantuan itu digunakan untuk mengatasi situasi darurat internasional, misalnya membantu Israel dan Ukraina serta menghadapi Tiongkok.
Baca juga: Komunitas Muslim di AS Berjanji Tidak akan Dukung Joe Biden di Pilpres 2024
Sebanyak $60 miliar dari bantuan itu ditujukan untuk membantu Ukraina melawan Ukraina.
Gedung Putih disebut ingin terus mengirimkan dana bantuan kepada Ukraina setidaknya hingga Pilpres 2024 di AS.
"Putin tidak akan berkomitmen terhadap perdamaian sebelum melihat hasil pilpres kita," kata seorang pejabat diplomatik AS kepada AFP.
Selama beberapa bulan ini AS didera ketidakpastian mengenai anggaran karena gejolak politik yang tak berkesudahan.
Parlemen AS belum memutuskan anggaran untuk tahun anggaran yang dimulai pada 1 Oktober 2023.
Putin kunjungi UEA dan Arab Saudi
Dalam perkembangan lain, meski Presiden Rusia, Vladimir Putin dinyatakan sebagai buronan Pengadilan Kriminal Internasional (ICC), ia telah melakukan perjalanan ke luar negeri.
Dikutip The Guardian, Putin dijadwalkan melakukan perjalanan ke Uni Emirat Arab (UEA) dan Arab Saudi pada Rabu (6/12/2023).
Baca juga: Aset Milik Rusia yang Disita Capai 300 Miliar Dolar AS, UE Usulkan Keuntungannya Bangun Ukraina
Memang, Putin belum banyak melakukan perjalanan internasional sejak ICC mengeluarkan surat perintah penangkapan terhadapnya pada bulan Maret 2023 kemarin.
Baik UEA maupun Arab saudi belum ikut menandatangani perjanjian ICC.