Pada hari yang sama, Presiden PLO, Mahmoud Abbas mengatakan PLO masih hadir di Jalur Gaza sebagai sebuah institusi, setelah keluar dari wilayah itu pada tahun 2007 dan Hamas mulai berkuasa di Jalur Gaza.
PLO bahkan masih membayar gaji bulanan dan pengeluaran yang diperkirakan sekitar 140 juta dolar kepada karyawan, pensiunan, dan keluarga yang membutuhkan.
"Otoritas Palestina masih memiliki tiga menteri yang hadir di Gaza," kata Mahmoud Abbas kepada Reuters, Jumat (8/12/2023).
Seperti apa yang diusulkan AS, Mahmoud Abbas mengatakan PLO akan mengalami perubahan sebelum memerintah di Jalur Gaza jika Hamas berhasil digulingkan dari kekuasaannya di Jalur Gaza melalui perang Israel.
“Kami perlu merehabilitasi otoritas dan kami membutuhkan dukungan internasional yang besar untuk kembali ke Jalur Gaza," katanya.
Meski PLO hanya menawarkan Hamas sebagai pihak sekunder, posisi tersebut dinilai dapat menghindari perpecahan antar rakyat Palestina.
PLO berharap untuk dapat membangun kembali, mendatangkan dana, dan menghentikan pengepungan di Jalur Gaza.
Baca juga: Yordania dan Iran Marah Lihat Warga Sipil Palestina Ditelanjangi Tentara Israel, Hamas Merespons
AS, PLO, dan Israel
Sekutu Israel, AS, mencoba memikirkan rencana pemerintahan untuk memerintah di Jalur Gaza jika Israel berhasil mengalahkan Hamas yang masih berkuasa di Jalur Gaza.
Setelah berminggu-minggu menyusun rencana, AS mengusulkan PLO untuk memerintah kembali di Jalur Gaza, meski Benjamin Netanyahu menolak usulan tersebut.
Netanyahu memandang PLO yang saat ini masih berhubungan dengan Hamas, sehingga AS mengusulkan agar PLO diubah terlebih dahulu sebelum memerintah di Jalur Gaza.
Sementara itu, Netanyahu juga berniat untuk mengambil peran di Jalur Gaza setelah perang selesai, dengan mengatakan keamanan di Jalur Gaza akan menjadi tanggung jawab Israel untuk waktu yang tidak ditentukan.
Baca juga: Hanya AS yang Veto Resolusi PBB, Hamas: Mereka Lindungi Agresi Israel di Gaza
Hamas Palestina vs Israel
Sebelumnya, Israel melakukan pengeboman besar-besaran untuk menanggapi Hamas yang memulai Operasi Banjir Al-Aqsa dengan menerobos perbatasan Israel dan Jalur Gaza pada Sabtu (7/10/2023) pagi.