Ada Pembicaraan Rahasia Antara Hamas dan Fatah Mengenai Masa Depan Gaza
TRIBUNNEWS.COM- Sebuah laporan menyatakan ada Pembicaraan rahasia antara Hamas dan Fatah membahas mengenai masa depan Gaza.
American Wall Street Journal mengatakan pada hari Rabu bahwa para pemimpin Hamas telah mengadakan pembicaraan rahasia dengan gerakan Fatah selama beberapa hari mengenai pemerintahan Gaza setelah berakhirnya perang dengan Israel.
Surat kabar tersebut menjelaskan bahwa pembicaraan ini merupakan tanda paling jelas bahwa faksi politik Hamas telah mulai merencanakan apa yang akan terjadi setelah konflik berakhir.
Hossam Badran, anggota biro politik Hamas, mengatakan kepada Wall Street Journal:
“Kami tidak berperang hanya karena kami ingin berperang.”
Dia menambahkan: "Kami bukan pendukung permainan zero-sum. Kami ingin perang berakhir. Kami ingin mendirikan negara Palestina di Gaza, Tepi Barat dan Yerusalem."
Baca juga: Israel Ajukan Kesepakatan Gencatan Senjata Sepekan, Hamas Serukan Hentikan Perang
Surat kabar Amerika tersebut, mengutip orang-orang yang akrab dengan diskusi tersebut dan seorang pejabat Israel, mengungkapkan bahwa pembicaraan pimpinan politik Hamas dengan Fatah, faksi dominan di Otoritas Palestina di Tepi Barat, menciptakan ketegangan dengan pemimpin gerakan tersebut di Gaza, Yahya Sinwar.
Dia menambahkan bahwa Sinwar tidak ingin Hamas terus memerintah Gaza, dan menganggap terlalu dini untuk mencapai penyelesaian.
“Para pemimpin politik senior Hamas, termasuk Ismail Haniyeh dan Khaled Meshal, terlibat langsung dalam diskusi tersebut, yang di pihak Fatah termasuk Hussein al-Sheikh, orang kedua di Organisasi Pembebasan Palestina,” kata orang-orang yang mengetahui pembicaraan tersebut.
Baca juga: Pemimpin Hamas Tiba di Mesir untuk Bahas Gencatan Senjata di Gaza
Baca juga: Israel Tawarkan Gencatan Senjata Seminggu ke Hamas, tapi 40 Sandera Harus Dibebaskan
Pembicaraan ini terjadi ketika Amerika Serikat menekan para pemimpin Israel dan Palestina untuk mulai memikirkan apa yang akan terjadi setelah berakhirnya konflik di Gaza.
Di antara opsi yang sedang dipelajari adalah pembentukan pasukan penjaga perdamaian multinasional, yang ditolak oleh Hamas dan Otoritas Palestina.
Pilihan lainnya, menurut Wall Street Journal, adalah mengaktifkan kembali Otoritas Palestina dan pasukan keamanan swastanya.
(Sumber: Sky News Arabia, Wall Street Journal)