TRIBUNNEWS.COM - Amerika Serikat (AS) tak setuju adanya gencata senjata di Gaza, yakni antara Israel vs Hamas Palestina.
Juru bicara Dewan Keamanan Nasional Gedung Putih, John Kirby mengatakan, alasan di balik ketidak-setujuan akan gencatan senjata.
Menurutnya, apabila gencata senjata dilakukan, hal itu justru akan 'memvalidasi' serangan lanjutan yang akan dilakukan Hamas.
Namun, Kirby membantah AS tidak sejalan dengan negara-negara Barat lainnya dalam aksi gencatan senjata.
Diketahui Menteri luar negeri Inggris dan Jerman mengatakan baru-baru ini bahwa perlunya gencatan senjata di Gaza.
Mengingat jumlah korban dari masyarakat sipil terus bertambah, mengutip Al Jazeera, Rabu (20/12/2023).
Baca juga: Jumlah Korban Perang Israel-Hamas di Palestina Capai 19.968 Orang, 73 Jurnalis Terbunuh saat Meliput
Dan menurut mereka gencatan senjata adalah hal yang mendesak.
Disebutkan Kirby, gencatan senjata hanya akan memvalidasi serangan Hamas pada tanggal 7 Oktober 2023 lalu.
“Hal ini akan membuat mereka (Hamas) berkuasa di Gaza, (hal ini) tidak dapat diterima oleh kami dan teman-teman Israel kami,” tambahnya.
Menurutnya, gencatan senjata juga akan berpotensi membuat Hamas memiliki cukup waktu dalam merencanakan serangan tambahan ke Israel.
“Dan tentu saja, ini akan memberi mereka waktu lebih lama untuk mempersiapkan dan merencanakan serangan tambahan."
"Kami mendukung jeda kemanusiaan yang lebih kecil, lebih terlokalisasi, dan lebih bertarget untuk mengeluarkan para sandera dan mendapatkan lebih banyak bantuan.”
Kirby menambahkan, delapan tawanan AS diperkirakan masih ditahan di Gaza.
2 Komandan Militer IDF Tewas Terbunuh di Gaza, Satu Korban Masih Berusia 22 Tahun