TRIBUNNEWS.COM, KATHMANDU- Pemerintah Nepal memberikan peringatan kepada warga negaranya agar tidak menjadi tentara bagi negara asing tanpa persetujuan dari negara.
Keterangan tersebut disampaikan Perdana Menteri Dahal imbas ratusan warga Nepal bergabung dengan tentara Rusia berperawang melawan Ukraina.
Diketahui, pada tanggal 4 Desember, Nepal mengatakan enam warganya tewas saat berperang Rusia selama invasi ke Ukraina.
Baca juga: Nepal Minta Rusia Berhenti Kirimkan Pasukan Gurkha ke Medan Perang di Ukraina
Seminggu kemudian, surat kabar harian nasional The Kathmandu Post melaporkan Perdana Menteri Pushpa Kamal Dahal mengatakan bahwa lebih dari 200 warga Nepal telah bergabung dengan militer Rusia sejak invasi besar-besaran ke Ukraina dimulai pada Februari 2022.
PM Dahal menambahkan bahwa pemerintah memiliki informasi bahwa warga Nepal juga bertugas di tentara Ukraina.
“Krisis perang yang terjadi saat ini hanya dapat ditangani secara tegas melalui dialog diplomatik antara Nepal dan Rusia serta Nepal dan Ukraina. Merupakan tugas negara untuk melindungi warga negaranya," kata Dipendra Bahadur Singh, seorang pejabat di Komisi Nasional Hak Asasi Manusia Nepal, kepada DW.
"Namun mereka harus memahami bahwa bergabung dengan tentara asing tanpa persetujuan negara mereka adalah tindakan ilegal dan mengabaikan risiko perang," tambahnya.
Seperti diketahui, warga Nepal direkrut setiap tahun di tentara Inggris dan India, sebagai bagian dari Perjanjian Tripartit antara Inggris, India dan Nepal.
Perjanjian ini ditandatangani pada tahun 1947 mengenai hak-hak Gurkha yang direkrut dalam dinas militer Inggris dan India .
Nepal tidak memiliki perjanjian seperti itu dengan Rusia. Namun hal ini tidak menghentikan puluhan warga Nepal bergabung dengan tentara Rusia.
Baca juga: Membongkar Kedok Propaganda Rusia di Ukraina
Pada bulan Oktober 2022, Nepal mendukung resolusi PBB yang mengutuk upaya aneksasi Rusia atas empat wilayah Ukraina, di Majelis Umum PBB.
“Kami mempunyai informasi resmi bahwa beberapa warga Nepal yang berjuang untuk Rusia telah disandera oleh tentara Ukraina, dan ada juga informasi bahwa beberapa warga negara Nepal bertugas di tentara Ukraina," kata Perdana Menteri Pushpa Kamal Dahal.
"Mereka yang mencapai Rusia melalui kunjungan dan visa pelajar kini terdaftar dalam wajib militer. Di tentara Rusia dan enam di antaranya tewas. Sekarang kami mengetahui bahwa lebih dari 200 warga Nepal bertugas di tentara Rusia, dan ini adalah situasi baru dan menantang bagi kami,” tambahnya.
Pada bulan Mei tahun ini, Moskwa membuka jalan merekrut warga negara asing berperang di tentaranya setelah sebuah dekrit ditandatangani oleh Presiden Rusia Vladimir Putin.
Tiga bulan kemudian, Kementerian Luar Negeri Nepal mengeluarkan pernyataan yang mendesak warganya tidak bergabung dengan tentara asing di negara-negara yang dilanda perang.
Baca juga: Rusia Tuding Upaya Perdamaian di Gaza Gagal Karena AS
Kementerian telah meminta Rusia untuk segera memulangkan warga Nepal dan tidak menugaskan mereka untuk berperang.
Kementerian juga menjalankan misi diplomatik untuk menyelamatkan warga yang ditangkap dalam perang.
Mantan polisi turut bergabung
Bharat Shah (36), seorang warga Nepal yang pernah menjadi polisi selama tujuh tahun turut menjadi tentara di Rusia.
Bharat Shah yang bergabung dengan tentara Rusia diberitakan tewas. Shah adalah warga distrik Kailali, Tikapur.
Shah tewas dalam pertempuran pada 26 November 2023.
Baca juga: Menhan Rusia Sebut Beberapa Negara Anggota NATO Dalam Posisi Siap Hadapi Konflik di Ukraina
“Kami menerima berita kematiannya pada hari Jumat dari seorang rekan yang bekerja dengannya. Kami melakukan upacara terakhir pada hari Minggu karena kami tidak yakin apakah jenazahnya akan dipulangkan," kata Mangal Shah, adik laki-laki Bharat Shah.
Kementerian Luar Negeri dan pemerintah Rusia belum memberi tahu keluarga tersebut tentang kematian tersebut.
Bharat Shah mengundurkan diri dari kepolisian tiga tahun yang lalu. Dia kemudian pergi ke Dubai dan bekerja sebagai penjaga keamanan. (Kompas.com/The Kathmandu Post)